Budaya
News

'Renjana' Menutup Perjalanan Calon Anggota di Panggung Teater Kampus Unhas

MAKASSAR, UNHAS.TV - Baruga A.P Pettarani Universitas Hasanuddin, Minggu (21/9/2025) malam, berubah menjadi ruang ekspresi penuh energi.

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Kampus Unhas (TKU) menutup perjalanan panjang calon anggotanya lewat pementasan Produksi Karya 'Renjana'.

Pementasan ini bukan sekadar penampilan seni, melainkan buah kerja kolektif dari puluhan mahasiswa yang berbulan-bulan ditempa latihan.

Di balik layar, ada satu nama yang menjadi poros penyelenggaraan yakni Fikra, mahasiswa Antropologi Sosial angkatan 2024.

Ia bukan hanya bertindak sebagai pimpinan produksi (pimpro), tapi juga turut naik ke panggung membawakan peran seorang tokoh keras dengan sikap menjunjung tinggi patriarki dalam naskah “Aktor-aktor Tersesat”.

“Bagi saya, pimpro bukan hanya soal mengatur jalannya produksi, tapi juga memastikan semua yang terlibat merasa menjadi bagian penting,” kata Fikra seusai pementasan.

Dalam proses produksi yang berlangsung sekitar tiga bulan, Fikra memilih pendekatan personal.

Ia berusaha menjadikan aktor maupun kru bukan sekadar panitia, melainkan mitra kerja. “Kalau mereka merasa dihargai, kerja tim jadi lebih solid,” ujarnya.

Kekuatan itu terbukti ketika menghadapi kendala manajemen waktu. Latihan intensif kerap berbenturan dengan jadwal kuliah para anggota. Dari 52 peserta awal, hanya 39 yang bertahan hingga hari pementasan.

Namun, kehilangan belasan anggota tak membuat tim goyah. Fikra membuka ruang komunikasi dua arah agar masalah segera terselesaikan. “Kalau ada yang kesulitan, saya minta cerita langsung. Dari situ kita cari solusi bersama,” katanya.

Nilai Kebersamaan

Dalam teater, kata Fikra, kebersamaan adalah fondasi. Ia menyebut istilah “jaga lingkarannya”, sebuah nilai yang terus dijunjung di TKU. Artinya, menjaga kebersamaan sama pentingnya dengan menjaga kualitas karya.

Pernyataan itu sejalan dengan perannya sebagai pimpro: menjadi pengikat energi banyak orang agar tidak tercerai-berai.

“Keberhasilan bagi saya bukan hanya pementasan yang berjalan lancar, tapi ketika semua tim merasa puas dengan kerja keras mereka,” ucapnya.

Ia mengaku lega sekaligus bangga. Bukan hanya karena pertunjukan mendapat tepuk tangan panjang penonton, tetapi juga karena rekan-rekannya bisa menikmati euforia hasil kerja kolektif.

Pementasan Renjana sendiri mendapat sambutan hangat dari penonton. Mereka menilai pesan yang dibawakan aktor tersampaikan dengan baik. Dari ekspresi, dialog, hingga dinamika panggung, semua berpadu menghidupkan cerita.

Tak sedikit penonton yang datang memberikan apresiasi langsung. Bagi mereka, Renjana menjadi bukti bahwa teater kampus masih punya daya hidup di tengah padatnya aktivitas akademik mahasiswa.

Bagi Fikra, pementasan malam itu adalah jawaban dari kerja panjang. Ia berhasil mengelola produksi, meredam konflik, sekaligus mengisi panggung. “Saya ingin semua orang merasakan bahwa usaha kita tidak sia-sia,” tuturnya.

Di akhir wawancara, mahasiswa muda itu menutup dengan sebuah refleksi. “Teater mengajarkan kita soal kebersamaan. Tanpa itu, tidak ada karya yang bisa berdiri di atas panggung,” katanya.

Renjana pun usai, meninggalkan kesan dalam bagi mereka yang hadir. Namun, bagi Fikra dan timnya, perjalanan di dunia teater kampus baru saja dimulai. (*)