UNHAS.TV - Di bawah kolong rumah panggung, anak-anak kecil duduk di bangku kayu dan meja dari papan panjang. Di tangan mereka, buku tulis lusuh terbuka lebar, sebagian halaman sudah lepas dari jilidnya.
Mereka tampak serius. Ada yang mengenakan seragam putih-merah, ada yang berbaju olahraga, ada yang mengenakan pramuka, ada yang pakai kaos oblong lusuh, pun ada yang memakai celana sepakbola. Dan rata-rata mereka tak bersepatu.
Satu per satu mereka menyimak suara guru yang menggema di depan papan tulis yang bersandar di tiang rumah. Inilah Sekolah Kolong, cikal bakal harapan dari Dusun Bara, Desa Bonto Somba, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros.
Jumat (16/5/2025) pagi, langit Tompobulu mendung ketika rombongan Kepala Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Sulawesi Selatan, Ir. Imran, S.Kom., M.T., menginjakkan kaki di sekolah yang berada di punggung Gunung Bulusaraung itu.
Imran dan rombongan membawa semangat besar. Mereka membelah kabut, menyusuri jalan setapak yang nyaris tak layak disebut jalan.
Rombongan BBPMP Sulsel ingin melihat langsung aktivitas “Sekolah Kolong”—ruang belajar yang tak ubahnya ruang darurat di bawah rumah panggung warga Dusun Bara. Sekolah ini, tepatnya kelas belajar ini adalah kelas cabang dari SDN 238 Bontoparang.
Untuk sampai ke sana, kendaraan harus dimodifikasi khusus. Motor standar tak cukup tangguh menembus medan berbatu dan menanjak.
Butuh waktu perjalanan 2 jam dari Kota Makassar untuk sampai sekolah induk SDN 238 Inpres Bontoparang, lalu disambung 30 menit dengan sepeda motor, lalu satu jam berjalan kaki.
Di sepanjang perjalanan, rombongan melihat wajah pendidikan yang telanjang dari fasilitas: tanpa dinding, licin saat hujan, berdebu kala kemarau.
Di ujung perjalanan itu, Imran disambut oleh Kepala SDN 238 Bontoparang, Syahbuddin, S.Pd., dan Kepala SMPN Satap Bontoparang, Arham, S.Pd., bersama guru-guru dan tokoh masyarakat.
Mereka duduk melingkar di depan kelas yang berada di kolong sebuah rumah panggung. Ya, kolong rumah, jadi ruang belajar sementara.
.webp)
Kepala BBPMP Sulsel Ir Imran SKom MT saat berdiskusi dengan kepala SDN 238 Inpres Bontoparang di depan sekolah kolong di rumah warga Dusun Bara, Jumat (16/5/2025). (dok bbpmp sulsel).
Anak-anak pun menatap penuh tanya: apakah hari ini datang harapan? Syahbuddin memulai sambutan dengan menceritakan sejarah lahirnya sekolah kolong. Awalnya, hanya ada satu atau dua anak yang harus berjalan kaki berjam-jam ke sekolah induk.
Namun, keprihatinan guru-guru dan warga mendorong pendirian kelas jauh di Dusun Bara. Sejak itu, jumlah siswa bertambah dan impian mereka pun makin tumbuh. “Bupati Maros sudah datang ke sini dan menjanjikan ruang kelas permanen,” kata Syahbuddin.
“Tapi kami berharap juga agar Kepala BBPMP Sulsel bisa menjembatani ke Kementerian. Kami ingin sekolah ini punya bangunan yang layak, jalan yang bisa dilewati, dan guru yang cukup,” lanjutnya.
Ia menyebut, guru di sekolah kolong masih didominasi oleh tenaga non-ASN alias honorer dan sukarela yang digaji dari dana terbatas pemerintah daerah atau sumbangan warga.
Kepala BBPMP Sulsel mendengarkan tanpa menyela. Ia mencatat, mengangguk, dan sesekali menoleh ke arah para siswa yang duduk di bangku panjang di atas tanah berwarna coklat.
Saat dialog dibuka, suara pertama datang dari Suriyadi, guru non-ASN yang menjadi inisiator sekolah kolong. “Kami hanya ingin anak-anak ini tidak putus sekolah,” ujarnya lirih.
Murid SD: Kami Ingin Belajar
>> Baca Selanjutnya