WASHINGTON,D.C., UNHAS.TV- Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, pada hari Rabu, 10 September 2025, menyampaikan pidato dari Ruang Oval Gedung Putih. Dalam pidatonya, sebagai respons atas kematian Charlie Kirk, seorang aktivis konservatif dan sekutu dekatnya, Trump bersumpah untuk membalas dendam. Pernyataannya ini muncul di tengah berlangsungnya pencarian besar-besaran untuk menemukan penembak yang masih buron.
Kronologi Penembakan
Charlie Kirk, tokoh terkemuka dalam dunia konservatif dan salah satu pendiri organisasi non-profit Turning Point USA, tewas ditembak pada hari Rabu saat berpidato di Utah Valley University (UVU), Orem, Utah. Insiden ini terjadi di hadapan sekitar 3.000 orang, saat Kirk sedang menjawab pertanyaan tentang kekerasan senjata di Amerika. Menurut laporan dari Al Jazeera dan The Guardian, Kirk tertembak di leher oleh satu tembakan yang diduga berasal dari atap sebuah gedung di dekat lokasi, dengan jarak sekitar 125 meter.
Pasca kejadian, pihak berwenang, termasuk FBI, memulai pencarian intensif dari rumah ke rumah. Dua orang sempat ditahan dan kemudian dibebaskan setelah penyelidikan menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki kaitan dengan penembakan tersebut. Direktur FBI, Kash Patel, mengklarifikasi di media sosial X bahwa individu yang sempat ditahan telah dilepaskan. Ia juga menegaskan bahwa investigasi masih berlangsung dan akan terus memberikan informasi secara transparan.
Reaksi dari Berbagai Kalangan
Kematian Kirk, yang dijuluki sebagai "pahlawan bagi kebenaran dan kebebasan" oleh Trump, telah memicu reaksi yang luas dari berbagai spektrum politik dan dunia internasional.
- Donald Trump: Dalam pidatonya, Trump menyebut kematian Kirk sebagai "momen kelam bagi Amerika." Ia menyalahkan "kaum kiri radikal" atas serangkaian kekerasan politik yang terjadi di AS selama setahun terakhir, termasuk percobaan pembunuhan terhadap dirinya dan kematian CEO UnitedHealth Group, Brian Thompson. Ia juga menyinggung kematian Melissa Hortman, pemimpin Demokrat di Minnesota, yang ditembak mati di rumahnya pada Juni 2025, meskipun ia tidak secara langsung mengaitkannya dengan kaum kiri.
- Politisi AS: Politisi dari kedua partai besar mengutuk keras insiden ini. Joe Gruters, Ketua Komite Nasional Republikan (RNC), menyebut kekerasan itu "mengerikan" dan mendesak Republikan dan Demokrat untuk bersatu dalam mengutuk kebrutalan ini. Mantan presiden, seperti Barack Obama dan Joe Biden, juga menyampaikan belasungkawa, menekankan bahwa kekerasan politik tidak memiliki tempat di Amerika.
- Dunia Internasional: Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Menteri Luar Negeri Inggris, Yvette Cooper, turut mengutuk serangan tersebut. Netanyahu mengungkapkan kesedihannya, mengenang percakapan terakhirnya dengan Kirk dua minggu sebelumnya, di mana ia mengundang Kirk untuk berkunjung ke Israel.