News
Unhas Story

Senjata Andi Mutia Inaya Salsabila: Prestasi Bukan Soal Juara, Tapi Menjadi Versi Terbaik



Andi Meutia Inayah Salsabila, mahasiswa Berprestasi Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Unhas. (dok unhas.tv)


Jauh sebelum menjadi Mapres, Naya lebih dulu dikenal sebagai founder Forum OSIS Majene pada 2023. Ide itu lahir setelah ia terpilih sebagai Ketua OSIS SMA Negeri 1 Majene dan mewakili Sulawesi Barat dalam Indonesia Student Leadership Camp di Universitas Indonesia.

“Kami diajak berkunjung ke kementerian, Bappenas, DPR, dan diberi pelatihan kepemimpinan. Dari situ saya kepikiran, bagaimana kalau pengalaman itu dibawa ke Majene,” tuturnya.

Namun, Majene belum punya wadah formal OSIS lintas sekolah. Maka lahirlah gagasan mendirikan Forum OSIS. Tantangan terbesarnya adalah mencari massa dan menjangkau sekolah-sekolah di pelosok.

“Saya sadar kalau jalan sendiri enggak bisa. Jadi kami audiensi ke Dinas Pendidikan, minta dukungan. Alhamdulillah direspons positif,” ujarnya.

Hasilnya, 73 pendaftar tergabung dalam generasi pertama Forum OSIS Majene, yang kemudian dilegalkan oleh Dinas Pendidikan.

“Pelajaran terbesar: setiap perjuangan enggak ada yang sia-sia. Selama visi kita jelas, akan selalu ada jalan,” kata Naya penuh keyakinan.

Perjalanan Naya berlanjut ke ajang Mahasiswa Berprestasi (Mapres) Fakultas Kedokteran Unhas 2025. Awalnya, ia tak pernah membayangkan ikut serta. Justru dorongan dari dosennya, Ibu Dwiana, membuatnya mencoba.

“Beliau bilang, ‘coba saja, kamu pasti bisa.’ Dari situ saya refleksi lagi: kalau bisa menginspirasi orang lain lewat Mapres, kenapa tidak?” katanya.

Bagi Naya, Mapres bukan soal seberapa banyak piala yang diraih. Ia aktif di kompetisi nasional, menjadi moderator atau MC dalam forum akademik, hingga terlibat dalam riset dan pengabdian masyarakat. “70 persen poin saya justru dari organisasi,” ujarnya.

Meski sempat minder menghadapi pesaing yang hebat-hebat, ia memilih untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain. “Kita cukup bandingkan diri dengan diri kita yang lalu. Itu bikin prosesnya lebih enjoy, enggak tertekan,” katanya.

Menyandang gelar Mapres berarti membawa tanggung jawab. Apalagi sebagai representasi Fakultas Kedokteran Unhas yang menaungi psikologi, kedokteran umum, hingga kedokteran hewan.

“Tekanannya besar, tapi justru itu tantangannya. Bagaimana tetap bisa seimbang antara kuliah, organisasi, dan prestasi. Pilihannya sederhana: mau jadi mahasiswa biasa atau coba jadi luar biasa,” ucapnya mantap.

Organisasi, Soft Skill, dan Manajemen Waktu

Sejak SMA hingga kuliah, Naya tak pernah lepas dari organisasi. Dari Kejar Mimpi Makassar hingga Direktur Human Capital SRI Unhas, ia terus aktif. Alasannya jelas: organisasi melatih soft skill dan hard skill yang tak didapat di ruang kelas.

“Organisasi itu laboratorium kehidupan. Kita belajar problem solving, decision making, sekaligus memberi dampak sosial,” ujarnya.

Lantas, bagaimana ia membagi waktu di tengah padatnya jadwal kuliah psikologi? Naya menekankan pentingnya regulasi emosi dan prioritas.

“Kita harus sadar, setiap emosi valid. Kalau sedih ya rasakan, kalau marah ya keluarkan. Tapi frekuensinya dijaga. Begitu juga dengan waktu, harus diatur sesuai prioritas,” jelasnya.

Melalui Forum OSIS Majene, Naya berharap semakin banyak pelajar daerah yang berdaya saing di tingkat nasional. Sementara lewat kiprahnya di kampus, ia ingin membuktikan bahwa mahasiswa bisa tetap berprestasi meski sibuk dengan akademik.

Lebih dari itu, Naya punya personal goal yang unik: “I want to die with a smile,” katanya. Bukan dalam arti putus asa, melainkan sebagai filosofi hidup.

“Artinya, saya ingin meninggalkan jejak yang abadi, kontribusi yang bermakna, dan bisa menginspirasi orang lain. Kalau bisa melakukan itu, saya akan menutup hidup dengan tersenyum,” 

Perjalanan Naya adalah bukti bahwa prestasi tidak selalu identik dengan juara. Dari membangun forum OSIS di daerah, mengedukasi pentingnya kesehatan mental, hingga menjadi mahasiswa berprestasi, semuanya berakar dari satu hal: keinginan untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri.

Di balik senyumnya yang ramah, ada keyakinan yang kuat bahwa setiap anak muda punya potensi besar.

“Kuncinya jangan takut mencoba. Jangan terpaku pada ekspektasi orang lain. Karena pada akhirnya, hidup ini tentang bagaimana kita menjalani proses yang bermakna,” tutupnya. (*)