Lingkungan

Siklus Air Global Tidak Seimbang Pertama Kalinya, Jutaan Manusia Terancam Kelaparan

MAKASSAR, UNHAS.TV - Siklus air global kehilangan keseimbangan "untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia", yang berpotensi mendatangkan malapetaka besar kepada manusia. 

Siklus air yang tidak seimbang akan berdampak pada perekonomian dunia, produksi pangan terganggu, dan kehidupan manusia menjadi sangat tidak teratur.

Salah satu penyebabnya karena ulah manusia yang merusak tata kelola air yang salah selama puluhan tahun telah berbenturan dengan krisis iklim. 

Demikian kesimpulan sejumlah ahli lingkungan yang tergabung pada Komisi Global tentang Ekonomi Air. Laporan lengkap ini diumumkan pada pekan ini 

Siklus air mengacu pada sistem kompleks yang dilalui air di sekitar Bumi. Air menguap dari tanah — termasuk dari danau, sungai, dan tanaman — lalu naik ke atmosfer, membentuk uap air sebelum mendingin, mengembun, dan akhirnya jatuh kembali ke tanah sebagai hujan atau salju.

Gangguan siklus air ini mengakibatkan beberapa daerah kelimpahan air sedangkan daerah lainnya justru kekeringan hebat. Gangguan itu juga bisa tanaman-tanaman gampang mengering karena permukaan air tanah makin ke bawah bahkan sudah tidak tersedia.

Jika dampak ini tidak diatasi segera maka akan terjadi krisis air glonal yang mengancam lebih dari 50 persen produksi pangan dan berisiko memangkas rata-rata 8 persen PDB negara-negara pada tahun 2050.

"Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, manusia membuat silus air global kehilangan keseimbangan," kata Johan Rockstrom, salah satu Ketua Komisi Global tentang Ekonomi Air, sebagaimana dikutip dari CNN.

"Curah hujan, sumber air tawar, tidak dapat lagi diandalkan," ujarnya.

Laporan tersebut membedakan antara "air biru" dan "air hijau". Air Biru adalah air di danau, sungai, dan kolam. Air Biru adalah air yang tersimpan di tanah dan tanaman.

Laporan itu meyebutkan, Air Hijau menghasilkan sekitar setengah dari semua curah hujan di daratan yang dimulai dari penguapan air.

Pasokan air hijau yang stabil sangat penting untuk mendukung vegetasi yang dapat menyimpan karbon yang memanaskan planet. Namun kerusakan yang ditimbulkan manusia, termasuk menghancurkan lahan basah dan menebang hutan, menguras simpanan karbon ini dan mempercepat pemanasan global. 

Pada gilirannya, panas yang dipicu oleh perubahan iklim mengeringkan lanskap, mengurangi kelembaban, dan meningkatkan risiko kebakaran.

Laporan tersebut menghitung bahwa rata-rata orang membutuhkan setidaknya sekitar 4.000 liter air sehari untuk menjalani kehidupan. Angka ini jauh di atas 50 hingga 100 liter dari yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).(*)