News
Sulsel

Sulawesi Selatan Sebagai Lumbung Pangan Nasional, Potensi Besar dari Lahan Pertanian

EVALUASI LAHAN. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr Ir Rismaneswati SP MP saat hadir dalam program Speak Up di Unhas TV. Ia membawakan topik bertema “Urgensi Evaluasi Lahan untuk Mengoptimalkan Produksi Pertanian”. (dok unhas.tv)

MAKASSAR, UNHAS.TV - Sulawesi Selatan selama ini dikenal sebagai salah satu provinsi dengan kontribusi besar dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

Dengan luas lahan yang mencapai jutaan hektare dan ditopang oleh kondisi alam yang beragam, daerah ini menjadi salah satu pusat produksi pangan utama di Indonesia, terutama untuk komoditas padi dan jagung.

Dalam podcast UNHAS SPEAK UP bertema “Urgensi Evaluasi Lahan untuk Mengoptimalkan Produksi Pertanian” bersama Dekan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr Ir Rismaneswati SP MP menjelaskan bahwa potensi besar Sulawesi Selatan sejatinya belum tergarap maksimal.

Menurutnya, masih terdapat banyak lahan pertanian yang belum dikelola secara efisien dan belum disesuaikan dengan karakteristik biofisik tanahnya.

“Sulawesi Selatan menyumbang lebih dari delapan persen produksi padi nasional dan sekitar tujuh persen produksi jagung. Ini adalah angka besar, tetapi sebenarnya potensinya jauh lebih tinggi bila kita mengelola lahan dengan perencanaan yang matang dan berbasis evaluasi,” jelas Prof. Risma.

Ia menambahkan, keunggulan Sulawesi Selatan terletak pada keberagaman bentang alamnya. Di wilayah dataran rendah seperti Sidrap, Wajo, dan Bone, lahan pertanian mendominasi dengan produksi padi yang melimpah.

Sementara daerah seperti Enrekang, Gowa, dan Tana Toraja memiliki lahan dataran tinggi yang cocok untuk hortikultura, sayuran, dan tanaman perkebunan.

Namun demikian, masih banyak lahan potensial yang belum dimanfaatkan optimal akibat keterbatasan infrastruktur, akses air, dan kebijakan tata ruang yang belum sepenuhnya berpihak pada sektor pertanian.

“Banyak lahan subur justru beralih fungsi, sementara daerah dengan potensi pengembangan baru belum mendapat perhatian cukup,” tambah lulusan S3 Ilmu Pertanian Unhas ini.

Dalam konteks nasional, Sulawesi Selatan menempati posisi penting sebagai penopang pangan kawasan timur Indonesia.

Produksi beras dari provinsi ini tak hanya memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga dikirim ke Kalimantan, Maluku, dan Papua. Kondisi ini menunjukkan bahwa penguatan sistem pertanian di Sulsel memiliki dampak langsung terhadap stabilitas pangan di wilayah timur Indonesia.

Prof. Risma menegaskan bahwa konsep lumbung pangan nasional tidak hanya diukur dari jumlah hasil panen, tetapi juga dari keberlanjutan dan efisiensi pengelolaan lahan.

“Lumbung pangan itu harus mampu bertahan menghadapi perubahan iklim, menjaga kualitas tanah, dan meningkatkan kesejahteraan petani. Itulah yang kita dorong melalui riset evaluasi lahan di Universitas Hasanuddin,” ujar dosen Departemen Ilmu Tanah sejak tahun 2002 ini.

Dengan dukungan sumber daya manusia yang unggul dan riset berbasis teknologi, Universitas Hasanuddin terus berupaya berperan dalam membangun sistem pertanian yang adaptif dan produktif.

Evaluasi lahan menjadi langkah awal dalam memastikan bahwa setiap hektare tanah di Sulawesi Selatan dikelola sesuai potensi terbaiknya. 

(Rahmatia Ardi / Unhas.TV)