
Semangat baru untuk Pariwisata Sulawesi Selatan! Silaturahim Pariwisata, 11 Juli 2025 di Four Points Hotel, menjadi langkah awal kolaborasi nyata antara akademisi, pemerintah, dan pelaku industri. Bersama, kita wujudkan Sulsel sebagai magnet wisata halal dan kesehatan, bukan sekadar wacana! Kredit: Aeni Nahdiyati.
Potensi Lokal dan Harapan ke Depan
Potensi wisata ramah Muslim di Sulsel bukan sekadar jargon. Ambil contoh Pulau Salemo di Kabupaten Pangkep. Pulau kecil ini memiliki daya tarik nilai sejarah dan spiritualnya. Pulau ini dikenal sebagai “Pulau Para Ulama” karena pernah menjadi pusat berkumpul dan berdakwah para ulama besar di masa lalu. Banyak tokoh agama kharismatik Sulsel yang lahir atau dididik di pulau ini, dan ajarannya menyebar hingga luar wilayah Sulsel. Potensi sejarah dan spiritual ini bisa dikemas menjadi heritage Islamic tourism yang mengangkat nilai-nilai lokal sekaligus memperkuat identitas wisata ramah Muslim.
Tak hanya itu, ke depan Sulsel juga seharusnya bisa menjadi pionir dalam integrasi pariwisata ramah Muslim dan wisata kesehatan. Misalnya, menghadirkan paket umrah plus perawatan kesehatan di Makassar sebelum berangkat ke Tanah Suci. Atau menawarkan wellness retreat berbasis kearifan lokal dan spiritualitas Islam, menggabungkan terapi tradisional, wisata kuliner halal, hingga ziarah ke situs ulama lokal.
Di tengah semua ini, peran akademisi menjadi sangat krusial. Akademisi bukan hanya bertugas melakukan riset dan pengembangan kurikulum, tetapi juga berperan sebagai penyambung pengetahuan antara dunia gagasan dan realitas sosial. Diharapkan para akademisi dapat aktif memberikan penyuluhan, pelatihan, dan pendidikan kepada masyarakat lokal serta pelaku wisata di destinasi. Dengan begitu, mereka dapat memahami dan mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata ramah Muslim dan wisata kesehatan secara benar. Sinergi dari hulu ke hilir ini penting agar semua pihak memiliki pemahaman yang sama dan bergerak dengan visi yang searah. Sulawesi Selatan pun akan benar-benar siap menjadi “rumah yang ramah” bagi para tamu wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Sebagai daerah dengan populasi Muslim yang dominan, ditambah sejarah dan budaya Islam yang kuat, Sulawesi Selatan seharusnya bisa menjadi lokomotif pengembangan pariwisata ramah Muslim di Kawasan Timur Indonesia. Jangan sampai potensi luar biasa ini terus terkungkung dalam lingkaran diskusi tanpa aksi. Kolaborasi adalah kunci. Dan Sulsel, dengan segala kekuatannya, sudah sangat layak menjadi contoh praktik terbaik di tingkat nasional.
*Penulis adalah Dosen Destinasi Pariwisata, Fakultas Vokasi, Universitas Hasanuddin