UNHAS.TV - Setelah lima bulan lebih konflik Israel-Palestina terjadi di jalur Gaza, tidak kurang 30 ribu warga Palestina menjadi korban. Sementara itu, sebanyak 70.000 lebih, korban lainnya mengalami luka-luka per 26 Februari 2024.
Dilansir dari BBC, jumlah korban penyerangan Israel di Palestina terus meningkat. Dan aksi serangan pasukan Israel tersebut masih terus berlanjut meski telah mendapat kecaman dari dunia international.
Situasi ini pun menjadi semakin tragis dengan berbagai serangan yang menargetkan warga sipil, termasuk wanita, anak-anak, lansia, bahkan para jurnalis dan tenaga kesehatan. Serangan juga merusak infrastruktur penting seperti rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah.
Fakta tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia dan hukum internasional yang telah menimbulkan penderitaan yang tidak terbayangkan bagi rakyat Palestina.
Indonesia sebagai salah satu negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, telah mendorong warga negaranya untuk terlibat menyuarakan penghentian serangan, baik secara langsung, maupun menggunakan sosial media dan memberikan dukungan kemanusiaan kepada warga Palestina.
Indonesia sendiri secara konsisten telah berperan sebagai advokat untuk hak-hak rakyat Palestina di forum internasional. Seperti melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Hal itu dilakukan sebagai bentuk komitmen Indonesia terhadap perdamaian, keamanan, dan pembangunan berkelanjutan di dunia.
Terkait konflik yang terjadi di Palestina oleh serangan Israel, salah satu mahasiswa Palestina yang yang menempuh pendidikan di Univeristas Hasanuddin angkat suara terkait isu yang terjadi di negaranya.
Ia adalah Tameem A. M. Nijim, yang merupakan International Student Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas. Tameem mengungkapkan bahwa dalam situasi saat ini, ia tidak bisa berkomunikasi secara intens dengan keluarganya.
Tameem menjelaskan hal tersebut dikarenakan akses jaringan dan koneksi internet di Palestina yang terbatas. Meski demikian ia merasa lega karena sesekali bisa berkomunikasi via online. Tameem terhubung dengan keluarganya sesekali dalam sebulan.
"Saluran internet di Palestina sangat terbatas, jadi saya kesulitan untuk menghubungi pihak keluarga. Namun demikian dalam sebulan saya masih bisa terhubung sesekali," ujarnya kepada Unhas TV.
Lantas bagaimana dengan studinya di Unhas? Apakah Tameem tidak rindu dan ingin segera kembali bergabung dengan keluarganya di Palestina?
Tameem mengatakan, sudah pasti rindu dengan keluarga dan negaranya. Ia pun bertekad setelah studinya berakhir, ia dan teman-temannya yang studi di luar negeri akan kembali ke Palestina.
Mereka bertekad untuk membangun kembali negaranya menjadi tempat yang lebih baik sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing.
“Kami berharap konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina segera menemui titik terang dan segera berakhir agar tidak ada lagi korban jiwa yang berjatuhan,” pungkas Tameem.
Semoga konflik di Israel-Palestina lekas berakhir dan kedamaian segera kembali di Bumi Baitul Maqdis. (*)
Husna/Ical