Lingkungan

Tahukah Kamu? Ini Delapan Tanaman yang Paling Banyak Menyerap Gas Karbon Dioksida


5. Pohon Ek 

Pohon ek (Quercus spp.) adalah pohon berumur panjang yang sangat efektif dalam menyimpan karbon dalam jumlah besar. Pohon ek dapat hidup selama ratusan tahun, dan seiring bertambahnya usia, kemampuannya untuk menyerap dan menyimpan CO_2 juga meningkat secara signifikan. 

Meskipun pertumbuhannya lambat, umurnya yang panjang menjadikannya "penyimpan karbon" alami yang vital bagi lingkungan. Menanam pohon ek adalah investasi jangka panjang untuk planet kita.

6. Pohon Kelapa (Cocos nucifera)

Pohon kelapa adalah salah satu tanaman tropis yang sangat efisien dalam menyerap CO2. Dengan daun lebar dan biomassa yang besar, pohon kelapa mampu menyerap sekitar 25 kg CO2 per pohon per tahun, tergantung pada usia dan kondisi lingkungan. 

Selain itu, produk sampingannya seperti kayu dan tempurung kelapa juga menyimpan karbon dalam jangka panjang, mengurangi emisi karbon ke atmosfer.

Referensi Ilmiah: Penelitian oleh Nair et al. (2009) dalam Agroforestry Systems menunjukkan bahwa sistem agroforestri berbasis kelapa memiliki kapasitas penyimpanan karbon yang signifikan, dengan rata-rata 20-30 ton karbon per hektar dalam biomassa dan tanah (Nair, P. K. R., Kumar, B. M., & Nair, V. D., 2009. Agroforestry as a strategy for carbon sequestration. Journal of Plant Nutrition and Soil Science, 172(1), 10-23).

7. Pohon Jati (Tectona grandis)

Pohon jati adalah spesies kayu keras tropis yang mampu menyerap sekitar 20-30 kg CO2 per pohon per tahun, tergantung pada usia dan ukurannya. Jati sering digunakan dalam program reboisasi karena kayunya yang tahan lama menyimpan karbon untuk waktu yang lama, bahkan setelah dipanen.

Referensi Ilmiah: Menurut penelitian oleh Kaul et al. (2010) dalam Forest Ecology and Management, perkebunan jati di India menunjukkan potensi penyerapan karbon sebesar 15-25 ton karbon per hektar selama siklus pertumbuhan 20-30 tahun (Kaul, M., Mohren, G. M. J., & Dadhwal, V. K., 2010. Carbon storage and sequestration potential of selected tree species in India. Mitigation and Adaptation Strategies for Global Change, 15(4), 301-316).



8. Pohon Mahoni (Swietenia macrophylla)

Mahoni adalah pohon tropis lain yang efisien dalam menyerap CO2, dengan perkiraan penyerapan sekitar 20-25 kg CO2 per pohon per tahun. Pohon ini sering ditanam dalam sistem kehutanan karena kemampuan adaptasinya yang baik dan kayunya yang bernilai ekonomi tinggi, yang juga berfungsi sebagai penyimpan karbon jangka panjang.

Referensi Ilmiah: Penelitian oleh Krisnawati et al. (2011) dalam Growth Performance and Carbon Storage of Mahogany menunjukkan bahwa perkebunan mahoni di Indonesia memiliki kapasitas penyimpanan karbon sekitar  10-20 ton karbon per hektar selama 20 tahun pertama (Krisnawati, H., Kallio, M., & Kanninen, M., 2011. Swietenia macrophylla King: Ecology, silviculture and productivity. CIFOR).

9. Pohon Akasia (Acacia mangium)

Akasia adalah tanaman cepat tumbuh yang sering digunakan dalam proyek reboisasi di daerah tropis. Satu hektar hutan akasia dapat menyerap sekitar 15-20 ton CO2 per tahun**, terutama karena pertumbuhannya yang cepat dan kepadatan tanam yang tinggi. Akasia juga membantu meningkatkan kandungan karbon organik di tanah.

Referensi Ilmiah: Studi oleh Heriansyah et al. (2007) dalam Journal of Tropical Forest Science menunjukkan bahwa perkebunan Acacia mangium di Kalimantan memiliki potensi penyerapan karbon hingga 18 ton karbon per hektar per tahun pada usia 7 tahun (Heriansyah, I., Miyakuni, K., & Tange, T., 2007. Carbon storage in Acacia mangium stands in Borneo. Journal of Tropical Forest Science, 19(2), 92-98).

Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan CO2

Efisiensi penyerapan CO2 oleh tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk:

  • Usia dan ukuran tanaman: Pohon yang lebih tua dan besar biasanya menyerap lebih banyak CO2.
  • Kondisi lingkungan: Ketersediaan air, nutrisi tanah, dan sinar matahari memengaruhi laju fotosintesis.
  • Kepadatan tanam: Hutan atau perkebunan dengan kepadatan tinggi cenderung menyerap lebih banyak CO2 per hektar.
  • Manajemen lahan: Praktik seperti agroforestri atau rotasi tanam dapat meningkatkan penyimpanan karbon.