UNHAS.TV - Ketika Arne Slot menandatangani kontrak dengan Liverpool musim lalu, Anfield menyambutnya dengan gegap gempita.
Pelatih asal Belanda berusia 47 tahun itu bukan sekadar penerus Jurgen Klopp. Ia dianggap sebagai sosok penyelamat, pelanjut era keemasan.
Wajahnya terpampang di spanduk raksasa di Kop Stand, sejajar dengan legenda seperti Bill Shankly, Bob Paisley, Kenny Dalglish, Rafael Benitez, dan Klopp sendiri. Para manajer yang membawa Liverpool menaklukkan Inggris dan Eropa.
Dan Slot tidak butuh waktu lama untuk menulis namanya di buku sejarah klub. Musim pertamanya berakhir manis, trofi Premier League berhasil diraih di musim 2024/2025. Anfield bernyanyi dan masa depan tampak menjanjikan.
Musim panas lalu ia bahkan mendapat sokongan dana hampir £450 juta untuk membangun skuad baru. Semua tampak sempurna, sampai badai datang lebih cepat dari yang dibayangkan.
Liverpool memulai musim dengan lima kemenangan beruntun, meski beberapa di antaranya diraih dengan susah payah.
Namun, satu bulan terakhir tanpa kemenangan di Premier League telah mengubah atmosfer. Dari calon juara, mereka kini terdampar di peringkat ketujuh, tujuh poin di belakang Arsenal.
Yang paling menyakitkan datang pertengahan pekan ini, Rabu (29/10/2025) malam. Di Anfield, di hadapan puluhan ribu pendukung sendiri, Liverpool dipermalukan Crystal Palace 0–3 dalam ajang Carabao Cup. Kekalahan keenam dalam tujuh laga terakhir.
“Ini bukan Liverpool yang kita kenal,” kata Abigail Rudkin, pendukung fanatik yang hadir langsung di Anfield malam itu. “Waktu lihat daftar pemain sebelum kick-off, saya dan ayah langsung tahu Slot mengorbankan laga ini.”
Slot memang membuat sepuluh perubahan besar dari laga sebelumnya. Ia menurunkan tiga remaja di starting line-up dan lima lagi di bangku cadangan. Nama-nama besar seperti Virgil van Dijk, Dominik Szoboszlai, Mohamed Salah, hingga pemain anyar Florian Wirtz absen.
“Kami mulai kehilangan kesabaran,” lanjut Abigail. “Ada dua kubu fans sekarang—yang di media sosial ingin dia dipecat, dan yang di stadion seperti saya, masih ingin bersabar tapi mulai frustrasi. Kami berterima kasih untuk musim lalu, tapi ini makin sulit dinikmati.”
“Kalau Kalah Lagi, Baru Bahaya”
Bagi sebagian fans, kekalahan dari Palace masih bisa dimaklumi. Tapi kesabaran mereka akan diuji dalam tiga laga berikut: Aston Villa, Real Madrid, dan Manchester City.
“Pertandingan lawan (Aston) Villa itu krusial,” ujar Jordan Chamberlain dari Empire of the Kop. “Kalau kalah tiga kali lagi minggu depan, baru posisinya terancam sungguh-sungguh.”
Chamberlain menyebut keputusan Slot menurunkan banyak pemain muda bukan alasan untuk menuntut pemecatan.
“Itu cuma satu laga piala dengan skuad eksperimen. Tapi yang jadi masalah, Slot membuat beberapa keputusan taktis yang buruk sepanjang musim. Tim ini terlalu terbuka dan para pemain top kita tidak bermain di posisi terbaik. Tapi dia pantas diberi waktu. Dia pelatih bagus dan pasti bisa membalikkan keadaan,” lanjutnya.
Ryan, penggemar lain yang ditemui BBC Sport, menilai masalahnya bukan hanya di manajer. “Tim hebat tidak berubah jadi buruk dalam semalam,” ujarnya.
“Tapi Slot kadang memperumit keadaan sendiri. Liverpool bukan klub yang mudah memecat pelatih, tapi hasil adalah segalanya. Kalau tak segera membaik, semua tahu ke mana akhirnya,” tambah Chamberlain.
Ryan juga menegaskan para pemain harus ikut bertanggung jawab. “Ini bukan cuma soal pelatih. Beberapa pemain tampil jauh di bawah standar. Mereka juga harus bangkit.”

Statistik klub Liga Inggris yang menjalani musim terburuk di awal musim. (dok opta)
Namun di balik penurunan performa, ada kisah yang lebih menyentuh: tragedi yang mengguncang ruang ganti Liverpool. Musim panas lalu, dunia sepak bola berduka ketika Diogo Jota meninggal dalam kecelakaan mobil.
“Banyak yang lupa bahwa tim ini masih berduka,” kata Josh Sexton dari The Anfield Wrap. “Beberapa pemain kehilangan sahabat dekat. Beberapa lagi datang ke ruang ganti yang masih dipenuhi kesedihan.”
Sexton menjelaskan bahwa duka itu memengaruhi suasana tim, meski tak selalu terlihat di lapangan. “Anda bisa lihat emosi di wajah Salah setelah laga pembuka lawan Bournemouth. Itu bukan hanya tentang hasil pertandingan. Semua yang baru datang ke klub juga harus menyesuaikan diri dengan suasana kehilangan yang berat.”
Bagi para pendukung, Jota bukan sekadar pemain, ia adalah bagian dari keluarga. Setiap pertandingan di Anfield, pada menit ke-20, lagu mengenangnya kembali menggema.
“Itu momen emosional,” kata Sexton. “Itu cara kami merayakan hidupnya. Tapi tentu saja, bagi para pemain, setiap lagu itu juga mengingatkan pada luka yang belum sembuh.”
Van Dijk: “Musim Ini Memang Akan Berat”
Kapten Virgil van Dijk tak menutupi kenyataan itu. Dalam wawancaranya setelah kalah 1–2 dari Chelsea awal Oktober lalu, ia berkata dengan jujur: “Kami tahu musim ini tidak akan mudah. Ada banyak hal di luar sepak bola yang memengaruhi kami. Kami hanya harus tetap bersatu.”
Kata-kata sang kapten menggambarkan suasana hati di dalam tim: ada kesedihan, ada tekanan, tapi juga tekad untuk tetap berjuang.
Namun, seperti yang disampaikan mantan bek kiri Liverpool, Stephen Warnock, di Radio 5 Live, proses berduka tidak bisa dipercepat.
“Setiap kali saya datang ke Anfield, lagu untuk Jota selalu menggema di menit ke-20. Dan selalu, setelah itu, tempo permainan menurun selama beberapa menit. Anda bisa melihat para pemain terhanyut dalam kenangan,” kata Warnock.
“Di ruang ganti, loker Jota masih ada. Itu pengingat konstan bagi mereka yang kehilangan rekan sekaligus sahabat. Sebagian orang bisa melanjutkan hidup dengan cepat, tapi bagi sebagian lain, itu beban yang berat.”
Pertanyaannya kini: apakah Slot masih mendapat kepercayaan penuh? Di media sosial, tekanan semakin kuat. Namun di Anfield, suasana sedikit berbeda. Sebagian besar fans masih menaruh simpati dan keyakinan.
Slot sendiri tidak banyak berkomentar setelah kekalahan terakhir. Ia hanya menegaskan bahwa Liverpool “sedang dalam proses menemukan keseimbangan baru” setelah perubahan besar di musim panas.
Meski demikian, fakta di lapangan tak bisa diabaikan. Enam kekalahan dalam tujuh laga adalah catatan terburuk klub sejak 2015. Beberapa pemain kunci tampak kehilangan sentuhan—Szoboszlai belum stabil, Salah terlihat frustrasi, dan pemain baru seperti Ekitike belum memberi dampak signifikan.
Namun, seperti yang dikatakan Chamberlain, sepak bola selalu memberi kesempatan kedua. “Klopp dulu juga pernah melewati periode berat. Bedanya, Klopp datang tanpa tekanan ekspektasi sebesar ini. Slot mengambil alih tim juara. Itu beban yang luar biasa.”
Anfield Masih Bernyanyi
Malam itu, meski Liverpool kalah telak dari Palace, nyanyian tetap bergema dari Kop. Lagu untuk Jota dinyanyikan dengan lebih lembut, lebih lama dari biasanya. Di tribun, Abigail menatap lapangan dengan mata basah.
“Kadang saya marah karena kita kalah,” katanya pelan. “Tapi kemudian saya ingat apa yang mereka alami. Mereka kehilangan seseorang yang mereka cintai. Kita semua kehilangan dia.”
Mungkin itulah inti dari krisis Liverpool saat ini—campuran antara kehilangan dan tekanan, antara kesedihan dan harapan. Slot datang untuk menulis babak baru dalam sejarah klub, tapi kini ia juga harus menjadi pemimpin di tengah duka.
“Bola itu bundar,” kata Ryan, tersenyum getir. “Kalau Slot bisa melewati masa ini, dia akan jadi legenda sejati.”
Dan di bawah cahaya lampu Anfield yang temaram, dengan spanduk raksasa menampilkan wajahnya sejajar dengan para legenda, Arne Slot berdiri di pinggir lapangan. Ia tahu, sorotan dan tekanan akan selalu ada.
Tapi di balik setiap nyanyian, ada keyakinan kecil yang masih hidup, bahwa Liverpool, seperti selalu, will never walk alone. (*)
Pelatih Liverpool Arne Slot ditambahkan dalam banner yang dibuat oleh situs web Irish Kop - sebelum musim 2025-26 di Stadion Anfield. (getty images)





-300x169.webp)


