Prof dr Upik Anderiani Miskad PhD SpPA(K)
Sebelumnya, masing-masing profesor yang dikukuhkan, menyampaikan pidato penerimaan guru besar sesuai dengan bidang keahlian.
Prof Upik dalam pidato pengukuhannya, menjelaskan "Peran Imunohistokimia dalam Mendeteksi Biomarker Tumor : Suatu Kebutuhan dalam Optimalisasi Terapi Target dan Imunoterapi pada Kanker Kolorektal".
Ia menjelaskan biomarker merupakan molekul yang dapat diukur, dinilai dan dievaluasi secara objektif sebagai penanda proses biologis normal, proses patogenik, atau indikator respon farmakologik terhadap intervensi terapi. Ini menjadi penanda pertumbuhan tumor yang disebut biomarker tumor.
Lebih lanjut, Prof Upik mengatakan imunohistokimia merupakan salah satu metode yang dibutuhkan untuk mendeteksi biomarker tumor.
Metode ini sudah lama dikembangkan sejak tahun 2009 secara manual di Laboratorium Patologi Anatomi (PA) Unhas Kandea sampai sekarang di RS Unhas dan telah banyak membantu dalam penelitian dan pelayanan pasien.
Kanker kolorektal merupakan hasil pertumbuhan sel abnormal jaringan kolorektal yang tidak terkendali, dimana jenis terbanyak adalah adenokarsinoma.
Perkembangan tumor diatur tidak hanya oleh perubahan genetik sel tumor, tetapi oleh faktor epigenetik dan lingkungan. Sekitar 5% dari semua kanker kolorektal disebabkan oleh mutasi genetik yang diwariskan dan sisanya 95% kasus sporadik.
Prof Upik menuturkan kriteria diagnostik kanker kolorektal bukan hanya berdasarkan gambaran morfologi tumor dan histopatologi dengan pewarnaan HE saja, tetapi juga berdasarkan profil biomarker dengan pemeriksaan imunohistokimia yang turut menentukan klasifikasi tumor dan nilai prognostik.
"Sebelum pemberian terapi target dan imunoterapi, pemeriksaan biomarker menjadi sangat penting dalam membantu menyeleksi pasien yang tepat untuk mendapatkan terapi tersebut," ujarnya.
"Penatalaksanaan kanker kolorektal yang optimal hendaknya melibatkan tim multidisiplin termasuk patologi anatomi yang bisa dari awal membantu menentukan diagnosis, memprediksi prognosis serta membantu pemilihan terapi target dan imunoterapi yang selektif," jelas Prof Upik.
>> Baca selanjutnya
>> Baca Selanjutnya