Mahasiswa

Transaksi Pakai QRIS, Jadi Lebih Praktis atau Boros? Ini Komentar Mahasiswa Unhas

MAKASSAR, UNHAS.TV - Di era digital saat ini, metode pembayaran menggunakan scan QR Code seperti Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) kini semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia. 

QRIS memungkinkan pengguna melakukan pembayaran hanya dengan memindai kode QR menggunakan aplikasi dompet digital atau mobile banking. 

Transaksi menjadi lebih cepat dan efisien, tanpa perlu membawa uang tunai atau kartu fisik. Selain itu, riwayat transaksi tercatat otomatis, memudahkan pengguna dalam memantau pengeluaran. 

Dari kondisi tersebut, manfaat sangat terasa, menjadikan transaksi semakin praktis. Namun demikian, beberapa pengguna mengaku merasa lebih konsumtif karena adanya kecanggihan ini. 

Hal itu dikarenakan pembayaran digital dapat mengurangi "pain of paying" atau rasa kehilangan saat membayar, karena tidak ada uang fisik yang berpindah tangan. 

Akibatnya, pengguna cenderung lebih impulsif dalam berbelanja, yang dapat menyebabkan pemborosan jika tidak diimbangi dengan kontrol keuangan yang baik. 

Lantas bagaimana tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) dengan keberadaan QRIS?

Beberapa pengguna merasa bahwa metode ini sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari, karena penggunaannya yang praktis. 

Muh. Haikal Rama Putra, misalnya. Menurut Mahasiswa Hubungan Internasional FISIP Unhas ini, boros tidaknya akibat QRIS tergantung pada pribadi masing-masing. 

“Menurut saya lebih praktis, ada banyak kemudahan, misalnya penjual tidak perlu mengeluarkan kembalian dan lain-lain," ujarnya.

"Soal lebih boros atau tidak, itu dari individu masing-masing, meskipun pembayaran hanya bisa tunai pun tetap ada yang boros” Kata Haikal. 

Ahmad Akip Billah sependapat. Ia justru lebih merasakan nilai praktis dari QRIS. Dirinya menekankan kesadaran masing-masing individu dalam mengontrol pengeluaran untuk hal-hal yang dibutuhkan saja. 

“QRIS itu sangat praktis sekali, dan dapat membuat pembayaran lebih efisien, memang dengan itu orang sedikit-sedikit QRIS, sedikit-sedikit belanja, tapi itu kembali lagi pada kesadaran seseorang untuk bisa lebih mengontrol dirinya,” jelas Mahasiswa Sastra Jepang FIB Unhas ini. 

Namun, ada juga mahasiswa yang mengaku dirinya menjadi lebih boros karena kemudahan bertransaksi tersebut.

Seperti halnya dirasakan mahasiswa Akuntansi FEB Unhas, Muh. Kurniawan dan mahasiswa Hubungan Internasional FISIP Unhas, M. Tri Adam Giovana Putra. 

“Kalau menurut saya ini bikin boros, karena saya tidak bisa secara langsung melihat total uang sisa berapa, biasanya langsung saja QRIS, langsung bayar, jadi itu bikin boros,” ucap Kurniawan.

“Karena kecanggihannya itu yang membuat orang jadi boros, solusinya harus sering-sering cek saldo,” Saran Adam. 

Metode pembayaran dengan scan QR Code bernama QRIS memang menawarkan kepraktisan yang signifikan dalam transaksi sehari-hari.

Namun, memang penting bagi pengguna untuk tetap bisa mengontrol diri, agar kecanggihan teknologi ini tidak menjadikan pengguna lebih konsumtif. 

(Iffa Aisyah Rahman / Unhas.TV)