Lingkungan
News

Transisi Energi di Xpertise Talk Siclus 2025 Unhas, Maya Lynn: Energi Bersih Adalah Keharusan

MAKASSAR, UNHAS.TV – Krisis iklim dan energi bukan lagi sekadar isu global, melainkan titik awal yang harus dijadikan momentum untuk mendorong transisi menuju emisi nol bersih.

Pandangan itu disampaikan Maya Lynn, climate and sustainability advocate, saat menjadi pembicara dalam forum Xpertise Talk pada puncak rangkaian Sustainable International Conference on Local and Urban Studies (Siclus) 2025 di Universitas Hasanuddin, Minggu (28/9/2025).

Di hadapan ratusan peserta, Maya memaparkan fakta mencemaskan tentang tren emisi global. Ia mengutip data terbaru yang menunjukkan emisi karbon dioksida (CO2) telah meningkat hingga 50 persen sejak era pra-industri.

Lonjakan itu, kata dia, semakin diperparah dengan dominasi energi fosil berbasis batu bara, yang menyumbang antara 70 hingga 80 persen dari total emisi.

“Situasi ini memperlihatkan bahwa peralihan menuju energi bersih bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Setiap tahun penundaan transisi hanya akan memperburuk konsentrasi CO2 di atmosfer, sehingga semakin sulit dikendalikan,” ujar Maya.

Maya menekankan, transisi energi bersih hanya bisa tercapai jika ada dukungan kebijakan progresif yang berpihak pada energi ramah lingkungan. Ia menyebut perlunya keberanian politik untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

“Kebijakan yang tepat harus dikombinasikan dengan inovasi teknologi hijau agar peralihan energi bisa berjalan lebih cepat, terukur, dan berdampak luas bagi pembangunan berkelanjutan,” katanya.

Ia mengingatkan bahwa keterlibatan dunia kampus, terutama mahasiswa, sangat menentukan keberhasilan agenda transisi energi. Menurutnya, generasi muda tak cukup hanya hadir sebagai peserta forum akademik, melainkan harus menjadi motor penggerak perubahan.

Peran itu bisa diwujudkan melalui riset, pengembangan teknologi tepat guna, hingga kampanye kesadaran publik tentang pentingnya energi bersih.

Maya menggarisbawahi bahwa mahasiswa memiliki posisi strategis untuk menginisiasi terobosan. Di tengah dinamika iklim global yang penuh tantangan, mereka diharapkan dapat melahirkan gagasan segar sekaligus mendorong implementasi solusi nyata.

“Kami percaya, anak muda Indonesia bisa menjadi pelopor energi bersih dan membawa perubahan nyata bagi masa depan bangsa,” ucapnya.

Pesan itu disambut antusias oleh peserta Siclus 2025. Forum yang digelar Unhas ini memang dirancang sebagai ruang diskusi lintas disiplin tentang isu keberlanjutan, mulai dari tata kelola perkotaan hingga strategi menghadapi krisis iklim.

Kehadiran tokoh seperti Maya Lynn memberi bobot tersendiri pada sesi diskusi, terutama dalam menegaskan urgensi transisi energi di Indonesia.

Di tengah perdebatan global mengenai target nol emisi, Indonesia masih bergulat dengan ketergantungan besar pada batu bara sebagai sumber energi utama.

Tantangan ini, menurut Maya, hanya bisa diatasi jika seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pembuat kebijakan hingga generasi muda, bersatu mendorong agenda hijau.

“Transisi energi tidak bisa hanya menjadi jargon. Ia harus menjadi gerakan nyata yang dimulai dari kampus, ditopang kebijakan negara, dan dilaksanakan masyarakat,” ujar Maya menutup pemaparannya. (*)