Internasional

Trump dan Pangeran Mohammed bin Salman: Antara Diplomasi dan Tuntutan

Pertemuan di Osaka

FILE PHOTO: Saudi Arabia's Crown Prince Mohammed bin Salman shakes hands with U.S. President Donald Trump, at the G20 leaders summit in Osaka, Japan, June 29, 2019. Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS/File photo

MAKASSAR,UNHAS.TV- Hanya berselang beberapa jam setelah Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat, menurut laporan media Watan (22/1), ia kembali mengarahkan pandangannya pada Arab Saudi, salah satu mitra penting dalam hubungan bilateralnya. Dengan gaya retorikanya yang khas, Trump mengemukakan syarat besar untuk sebuah kunjungan potensial ke Riyadh, yaitu peningkatan investasi dari Kerajaan.

Dalam sebuah pernyataan yang cukup menarik perhatian, Trump mengungkapkan bahwa kunjungannya ke Arab Saudi pada masa jabatan pertamanya hanya terlaksana setelah Kerajaan setuju untuk membeli produk-produk Amerika Serikat senilai 450 miliar dolar. Namun, dengan alasan lonjakan inflasi global, ia menegaskan bahwa angka tersebut perlu dinaikkan menjadi 500 miliar dolar sebagai prasyarat untuk kunjungan selanjutnya.

Kunjungan Luar Negeri Pertama Trump  Akan ke Arab Saudi Jika Harga  Ditawarkan Disetujui

Presiden baru Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan bahwa pada tahun 2017, kunjungan luar negeri pertama dalam masa jabatan pertamanya dilakukan ke Arab Saudi atas dasar kesepakatan investasi senilai 450 miliar dolar dari Riyadh untuk perdagangan dengan Washington. Ia menyatakan keinginannya untuk mengulangi kesepakatan serupa.

Trump menyebut bahwa kemungkinan kunjungan pertama ke luar negeri pada masa jabatan keduanya juga akan diarahkan ke Arab Saudi, namun hanya jika Kerajaan menawarkan “harga yang tepat.”

Dalam hari pertamanya menjabat sebagai Presiden AS, Trump telah menandatangani lebih dari 100 perintah eksekutif yang kontroversial. Saat itu, ia menjawab pertanyaan terkait kunjungan ke Arab Saudi pada tahun 2017, yang disebut sebagai langkah tak biasa dalam tradisi diplomatik.

Menurut laporan dari Middle East Eye, Trump mengatakan kepada seorang jurnalis di kantor resminya di Gedung Putih bahwa kunjungannya ke Riyadh pada masa jabatan sebelumnya dilakukan karena pemerintah Arab Saudi setuju membeli ratusan miliar dolar produk AS.

Trump menyatakan, “Saya pergi ke Arab Saudi saat itu karena mereka menyetujui pembelian produk kami senilai 450 miliar dolar. Saya katakan kepada mereka, saya akan datang lagi, tetapi hanya jika Anda membeli produk Amerika. Mereka setuju untuk melakukannya.”

Trump juga menegaskan bahwa ia akan kembali mengunjungi Arab Saudi jika Kerajaan bersedia meningkatkan investasi lebih besar dari sebelumnya untuk perdagangan dengan AS. “Mungkin mereka ingin membeli lagi senilai 450 atau 500 miliar dolar. Kami akan menaikkan angka itu karena inflasi, dan jika itu terjadi, saya rasa saya akan datang lagi ke sana,” ujarnya.

Simbol Penting Hubungan Diplomatik Antara 3 Negara: AS, Arab Saudi dan Mesir. (Foto:BBC)
Simbol Penting Hubungan Diplomatik Antara 3 Negara: AS, Arab Saudi dan Mesir. (Foto:BBC)


Pada kunjungan tahun 2017, sebuah foto terkenal menunjukkan Trump berdiri bersama Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, dengan tangan mereka diletakkan di atas bola bercahaya. Momen ini menjadi simbol penting hubungan diplomatik antara AS dan Arab Saudi pada masa itu.

Meski belum jelas apakah pernyataan Trump kali ini serius atau hanya retorika, hal ini mencerminkan pendekatannya yang memprioritaskan ekonomi dan perdagangan di atas isu-isu lainnya dalam kebijakan luar negeri.

Hubungan antara Arab Saudi dan AS pada masa Presiden Joe Biden mengalami ketegangan akibat kritik Washington terhadap Riyadh, terutama terkait kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Walau Biden berupaya memperbaiki hubungan tersebut di paruh kedua pemerintahannya, hubungan bilateral ini tidak pernah sepenuhnya pulih.

Sebaliknya, pada masa pemerintahan pertama Trump, hubungan antara AS dan Arab Saudi jauh lebih hangat. Jared Kushner, menantu sekaligus penasihat senior Trump, memiliki hubungan pribadi yang dekat dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Meski mendapat kritik luas terkait dugaan keterlibatan pejabat Saudi dalam pembunuhan Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Istanbul, pemerintahan Trump sebelumnya tetap menjaga hubungan erat dengan Riyadh. Bahkan, Trump berhasil menghentikan pengesahan rancangan undang-undang bipartisan di Kongres yang bertujuan mengakhiri dukungan AS terhadap operasi militer pimpinan Arab Saudi di Yaman.

Menariknya, sebelum dimulainya masa jabatan kedua Trump, perusahaannya telah mencapai kesepakatan besar terkait proyek menara mewah di Arab Saudi. Hal ini menunjukkan semakin mendalamnya hubungan bisnis antara Trump Organization dengan Dar Al-Arkan, perusahaan induk dari Dar Global, yang merupakan pelaksana proyek tersebut.

Penawaran Kunjungan Kedua Trump Lebih Maha Lagi. (Foto: Kontan Indonesia)
Penawaran Kunjungan Kedua Trump Lebih Mahal Lagi. (Foto: Kontan Indonesia)


Putra Mahkota Saudi Ucapkan Selamat kepada Presiden Trump, Bahas Kerja Sama Ekonomi dan Perdamaian

Tampaknya penawaran Trump langsung di tanggapi Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud. Menurut laporan media The Business Times (23/1) bahwa Pangeran Mohammed bin Salman telah melakukan panggilan telepon dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk menyampaikan ucapan selamat atas pelantikan Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.

Dalam percakapan tersebut, kedua pemimpin membahas cara-cara untuk memperkuat kerja sama ekonomi antara Arab Saudi dan Amerika Serikat. Putra Mahkota menyatakan keinginan Kerajaan untuk memperluas investasi dan hubungan perdagangan dengan Amerika Serikat selama empat tahun mendatang dengan nilai mencapai USD 600 miliar. Ia juga menambahkan bahwa angka tersebut dapat meningkat jika peluang tambahan tersedia.

Selain itu, percakapan tersebut juga mencakup kerja sama dalam mewujudkan perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan Timur Tengah. Kedua pihak menegaskan pentingnya upaya bersama dalam memerangi terorisme.

Diskusi juga menyentuh tentang penguatan hubungan bilateral di berbagai bidang. Putra Mahkota menyoroti bahwa reformasi ekonomi yang diharapkan dari pemerintahan baru di Amerika Serikat berpotensi menciptakan kemakmuran ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ia menambahkan bahwa Arab Saudi berencana untuk memanfaatkan peluang ini melalui kemitraan investasi.

Presiden Donald Trump, pada gilirannya, menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada kepemimpinan Saudi. Trump menekankan pentingnya pengembangan hubungan ekonomi antara kedua negara untuk memperkuat kepentingan bersama.(*)