MAKASSAR, UNHAS.TV - Jumlah profesor di kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) bertambah lagi. Tiga profesor Unhas yang baru datang dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIPK), Jumat (23/2/2024).
Penerimaan tiga profesor baru dilangsungkan dalam Rapat Paripurna Senat Akademik terbatas di Ruang Senat Akademik Unhas, Lantai 2 Gedung Rektorat, Kampus Tamalanrea, Makassar.
Proses pengukuhan dihadiri oleh Rektor Unhas, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Wali Amanat, Senat Akademik, Dewan Profesor, tamu undangan, serta keluarga dan kerabat dari profesor yang dikukuhkan.
Ketiga profesor baru yang dikukuhkan adalah; Prof. Dr. Ir. Siti Aslamyah, MP., Guru Besar Bidang Ilmu Nutrisi Ikan, sebagai guru besar ke- 507; Prof. Dr. Nita Rukminasari, SPi., MP., sebagai guru besar ke- 508; dan Prof. Dr. Mahatma Lanuru, ST., M.Sc., sebagai guru besar ke-509.
Prof. JJ dalam sambutannya menyampaikan, pengukuhan ketiga guru besar dari FIKP ini kian memperkokoh ujung tombak PIP Unhas di bidang kemaritiman.
“Semua guru besar yang hadir di sini, saya kira memahami kalau semua fakultas yang ada di Unhas ini terkait dengan bidang kemaritiman,” kata Prof JJ.
Proses pengukuhan ini, lanjut Jamaluddin Jompa, dianggap sebagai bagian penting dan sumber kebanggaan bagi Unhas. Kegiatan ini menciptakan momentum terbaik untuk memperkuat silaturahim, yang disaksikan oleh unsur pimpinan.
“Gelar profesor tidak hanya sebuah penghargaan, tetapi juga merupakan bentuk berbagi pengalaman dan ilmu yang akan memberikan kontribusi berharga bagi perkembangan akademis Unhas,” jelasnya.
Sebelum dikukuhkan, dikutip dari rilis Humas Unhas Ahmad Bahar, setiap guru besar menyampaikan pidato penerimaan yang membahas judul penelitian dari bidang keahliannya.
Prof. Dr. Ir. Siti Aslamyah, MP menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Aquafeeds Functional Harapan Untuk Akuakultur Berkelanjutan”.
Ia menjelaskan, penyediaan pakan harus ditangani dengan baik karena sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya. "Mencermati kebutuhan nutrien atau zat gizi bagi ikan seperti protein dan karbohidrat, sangat bergantung pada kebiasaan makan, jenis, dan stadia ikan," ujarnya.
Lebih lanjut, Aslamyah mengatakan penerapan system pemberian pakan yang berkelanjutan memperhatikan rasio FIFO (Fish in Fish Out). Rasio FIFO digunakan untuk mengevaluasi jumlah tepung ikan yang digunakan untuk menghasilkan daging ikan budidaya. Semakin kecil rasio FIFO maka nilainya akan semakin baik.
Daur ulang nutrisi dalam akuakultur, dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), seperti penggunaan kembali limbah budidaya untuk organisme atau komoditi perikanan lainnya, daur ulang limbah nutrisi melalui siklus microbial, polisakarida dan protein dari turunan hasil laut sebagai gel rekayasa bagi makanan, biomaterial dan organ jaringan.
“Mengurangi limbah pakan dengan meningkatkan kualitas pakan dan FCR dengan fermentasi dan predigest, atau menambahkan aditif pakan untuk menghasilkan pakan fungsional. Mempertimbangkan teknologi akuakultur berbasis tropical level dengan pemberian pakan buatan dan limbahnya menjadi pakan alami,” jelas Prof Aslamyah.
Sedangkan Prof. Dr. Nita Rukminasari, SPi., MP menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Peran Mikroalga Dalam Mitigasi Pengasaman Laut”.
Sebagai pengantar, laut memiliki peranan penting dalam siklus karbon global melalui proses fisika dan biologis yang terjadi, laut mampu menyerap dan melepaskan karbon dioksida. Pemanasan global dan pengasaman laut merupakan tantangan serius yang dihadapi.
"Sebagai upaya mencari solusi yang berkelanjutan dan inovatif, penelitian tentang peran mikroalga dalam mitigasi pengasaman laut telah memberikan pandangan baru dan potensi solusi yang menjanjikan," ujar Nita Rukminasari.
Lebih lanjut, ia menuturkan pentingnya implementasi penelitian ini tidak hanya terletak pada penggunaan mikroalga sebagai agen penyerap CO2, tetapi juga sebagai katalisator untuk perubahan paradigma dalam kebijakan lingkungan dan praktik industri.
Langkah konkrit seperti penggunaan mikroalga dalam pengolahan gas buang, produksi biomassa untuk bahan bakar terbarukan merupakan bagian integral dari solusi holistik yang dapat mengatasi pengasaman laut.
“Dengan penelitian yang terus menggali potensi mikroalga dan penerapan temuan penelitian secara bijaksana, upaya global untuk melestarikan keberlanjutan lingkungan laut akan memberikan dampak yang berkelanjutan,” jelas Nita.
Secara umum, Nita menambahkan prospek penelitian tentang mikroalga dalam mitigasi pengasaman laut sangat tinggi mencakup sejumlah aspek yang relevan dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim pada lingkungan laut.
Sementara itu Prof. Dr. Mahatma Lanuru, ST., M.Sc memaparkan hasil penelitiannya yang berjudul “Peran Oseanografi dan Dinamika Sedimen dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut”.
Dalam kesempatan tersebut, Mahatma mengatakan upaya mengelola wilayah pesisir dan laut beserta ekosistem di dalamnya dengan tetap mempertahankan prinsip kelestarian. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang baik tentang kondisi lingkungan, potensi sumberdaya alam, keadaaan sosial ekonomi masyarakat hingga jenis budaya yang terdapat dalam kawasan yang dikelola.
Salah satu aspek lingkungan yang penting untuk diketahui agar pengelolaan dapat dilaksanakan dengan tepat dan efisien adalah aspek oseanografi dan dinamika sedimen. Hal ini disebabkan karena perairan berupa fluida tidak mengenal batas administrasi atau ekologi, sehingga jika perairan suatu lokasi tercemar, maka dampaknya akan tersebar ke kawasan sekitarnya.
Prof Mahatma menambahkan, aspek oseanografi adalah salah satu aspek lingkungan yang berperan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Peran data dan informasi oseanografi dalam pengelolaan berbasis ekonomi adalah menjaga stabilitas ekosistem khususnya tiga ekosistem utama di wilayah pesisir yaitu mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Peran lainnya adalah untuk mitigasi erosi dan sedimentasi Pantai.
“Aktivitas pada pesisir di satu wilayah administrasi dapat memberikan dampak pada wilayah administrasi lain karena kedua wilayah tersebut terletak dalam satu sel sedimen. Karena itu, pemahaman dinamika sedimen menjadi penting dalam perencanaan pesisir utama masalah erosi dan sedimentasi pantai,” jelas Prof Mahatma.
Kegiatan Rapat Paripurna Senat Akademik dalam rangka Upacara Penerimaan Jabatan tiga Guru Besar pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan berlangsung lancar dan hikmat hingga pukul 11.00 Wita. (*)