MARSEILLE, UNHAS.TV – Ketika dunia akademik di Amerika Serikat diguncang badai kebijakan yang membatasi ruang berpikir bebas, sebuah universitas di selatan Perancis menawarkan secercah harapan: tempat berlindung sementara bagi ilmu pengetahuan yang terusir dari tanah kelahirannya.
Universitas Aix-Marseille dan François Hollande Usulkan Status Pengungsi bagi Ilmuwan Amerika
Sebuah terobosan kebijakan tengah dirancang di Perancis: pemberian status baru bagi para ilmuwan yang terancam di negaranya sendiri. Gagasan ini datang dari Presiden Universitas Aix-Marseille, Eric Berton, bersama mantan Presiden Perancis, François Hollande. Dalam opini bersama yang diterbitkan di harian Libération pada Jumat, 11 April 2025, keduanya mengusulkan pembentukan status “Pengungsi Ilmiah” untuk mempermudah relokasi peneliti asing, khususnya dari Amerika Serikat.
Status ini akan memungkinkan percepatan prosedur administratif dan pemberian visa khusus. Saat ini, banyak peneliti Amerika menghadapi pemutusan pendanaan, penghapusan hasil riset, hingga pemecatan massal akibat tekanan politik di dalam negeri. Karena hanya terdiri dari satu pasal, rancangan undang-undang ini diharapkan dapat segera dibahas dan disahkan oleh Parlemen Perancis.
Ratusan Ilmuwan Siap Tinggalkan AS
Sebelum proposal resmi dirilis, program Safe Place for Science (Suaka Ilmiah) yang diluncurkan oleh Universitas Aix-Marseille telah lebih dulu menarik perhatian. Media Ouest-France dan France 3 Provence-Alpes-Côte d'Azur (14/4) melaporkan bahwa hampir 300 ilmuwan asal Amerika telah mengajukan permohonan. Mayoritas merupakan peneliti senior berusia di atas 45 tahun, termasuk ahli biologi dan ilmuwan dari badan antariksa NASA.
Dari total 298 pendaftar, 242 dinyatakan memenuhi syarat. Sekitar 135 di antaranya berkewarganegaraan Amerika, 45 lainnya warga negara ganda, dan sisanya berasal dari Eropa, India, Brasil, serta Perancis sendiri. Bidang keahlian mereka meliputi lingkungan, humaniora, dan sains hayati.
Dua puluh ilmuwan terpilih dijadwalkan tiba di Perancis mulai Juni 2025. Mereka akan dibantu dalam urusan administrasi, pencarian kerja, dan pendidikan bagi anggota keluarga. Program ini didukung pendanaan sebesar 15 juta euro dari subsidi pemerintah dalam kerangka Initiative d’Excellence, dan menjamin dukungan selama tiga tahun.