UNHAS.TV - Terapi termal, baik berupa kompres dingin maupun panas, telah lama menjadi pilihan utama dalam meredakan nyeri dan cedera otot.
Teknik ini dikenal luas di dunia medis karena kemampuannya dalam mengurangi peradangan dan mempercepat proses penyembuhan. Namun, siapa sangka bahwa metode sederhana ini juga menyimpan risiko jika tidak digunakan dengan benar?
Dalam dunia kedokteran fisik dan rehabilitasi, terapi termal menjadi salah satu metode populer yang diterapkan dalam berbagai kondisi medis.
Namun, tidak semua orang bisa menggunakannya secara bebas. Ada beberapa kondisi yang justru dapat memburuk akibat penerapan terapi ini.
Menurut Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (FK Unhas), Dr. dr. Husnul Mubarak, Sp.KFR., NM(K)., FEMG., terdapat sejumlah kontraindikasi yang harus diperhatikan sebelum menggunakan terapi termal. Salah satunya adalah luka terbuka.
"Jadi ada beberapa orang yang harus lebih berhati-hati. Ada kontraindikasi absolut, misalnya luka terbuka. Itu tidak boleh diberikan terapi termal, baik itu terapi dingin maupun panas," ujar dr. Husnul saat ditemui di Poli Rehabilitasi RS Unhas.
Luka terbuka harus ditangani terlebih dahulu oleh dokter bedah sebelum diberikan terapi termal. Jika tetap diberikan, risiko infeksi dan kerusakan jaringan bisa meningkat. Selain itu, orang yang memiliki reaksi alergi terhadap suhu ekstrem juga perlu waspada.
"Jika seseorang memiliki riwayat alergi atau muncul tanda-tanda seperti bercak merah, lepuhan (blister), atau iritasi setelah diberikan kompres, maka penggunaannya harus dihentikan.
"Kondisi ini memang tidak selalu menjadi kontraindikasi, tetapi tetap perlu kehati-hatian karena bisa memperburuk lesi kulit yang sudah ada," tambahnya.
Jika tidak tepat, terapi termal bisa berdampak buruk bagi penderita gangguan peredaran darah. Terapi panas, misalnya, dapat memperburuk kondisi pembuluh darah yang tersumbat dan memicu pembengkakan.
Sebaliknya, terapi dingin bisa semakin menghambat aliran darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen, dan meningkatkan risiko kerusakan jaringan.
Penggunaan Cara yang Tepat
>> Baca Selanjutnya