Internasional

Yuk Intip Keunggulan Rudal Hipersonik, Teknologi Canggih yang Dipakai di Perang Israel dan Iran




Amerika Serikat telah mengembangkan beberapa proyek rudal hipersonik, seperti Hypersonic Air-breathing Weapon Concept (HAWC) dan Long-Range Hypersonic Weapon (LRHW). Pentagon juga sedang mempercepat program pelacakan rudal hipersonik berbasis satelit.

Rusia memiliki rudal hipersonik seperti Zircon yang diklaim mampu mencapai kecepatan Mach 8 dengan jangkauan hingga 1.000 km. Rusia telah menggunakan teknologi ini dalam konflik di Ukraina.

Tiongkok telah memamerkan rudal hipersonik seperti DF-ZF, yang mampu membawa hulu ledak nuklir dan menembus pertahanan udara. Rudal ini diuji dalam parade militer pada 2019.

India sedang mengembangkan teknologi hipersonik melalui Hypersonic Technology Demonstrator Vehicle (HSTDV), dengan fokus pada rudal jelajah hipersonik.

Iran mengklaim telah mengembangkan rudal hipersonik Fattah-1 dan Fattah-2, yang diklaim mampu mencapai kecepatan hingga Mach 15. Namun, klaim ini masih dipertanyakan karena kurangnya bukti independen. Beberapa diantaranya telah dipakai saat menyerang Israel.

Selain itu, kelompok seperti Houthi di Yaman, yang didukung Iran, juga mengklaim memiliki rudal hipersonik seperti Palestine-2, meskipun kemampuan ini diragukan oleh banyak analis militer.

Mengapa Iron Dome Tidak Efektif Melawan Rudal Hipersonik?

Iron Dome adalah sistem pertahanan udara canggih yang dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems dan Israel Aerospace Industries, dirancang untuk mencegat roket jarak pendek dan artileri (4-70 km) yang ditembakkan oleh kelompok seperti Hamas dan Hezbollah. 

Sistem ini memiliki tingkat keberhasilan hingga 90% terhadap ancaman tersebut. Namun, Iron Dome memiliki keterbatasan signifikan saat menghadapi rudal hipersonik. Berikut adalah alasan utamanya.

Desain untuk Ancaman Jarak Pendek: Iron Dome dirancang untuk mencegat roket dan artileri dengan lintasan balistik yang relatif sederhana dan kecepatan lebih rendah. Rudal hipersonik, dengan kecepatan di atas Mach 5 dan kemampuan manuver, berada di luar jangkauan desain Iron Dome.

Kecepatan dan Manuverabilitas: Kecepatan ekstrem dan kemampuan manuver rudal hipersonik membuatnya sulit dilacak oleh radar Iron Dome. Sistem ini membutuhkan waktu untuk mendeteksi, menghitung lintasan, dan meluncurkan rudal penangkis (Tamir), tetapi rudal hipersonik memberikan jendela waktu yang sangat singkat.

Struktur Pertahanan Berlapis: Israel memiliki sistem pertahanan berlapis, termasuk David’s Sling (untuk rudal jarak menengah) dan Arrow 2/3 (untuk rudal balistik jarak jauh). Rudal hipersonik lebih mungkin dihadapi oleh Arrow atau sistem baru seperti SkySonic, yang sedang dikembangkan Rafael untuk menangani ancaman hipersonik. Iron Dome hanya menangani lapisan bawah ancaman, sehingga tidak relevan untuk rudal hipersonik.

Kapasitas dan Biaya: Iron Dome menggunakan rudal penangkis yang mahal (sekitar $50.000 per unit). Menghadapi serangan rudal hipersonik dalam jumlah besar akan cepat menguras stok rudal penangkis, membuat sistem ini tidak efisien secara ekonomi. Selain itu, serangan salvo (peluncuran banyak rudal sekaligus) dapat dengan mudah membanjiri Iron Dome.

Keterbatasan Teknologi: Meskipun Iron Dome sangat efektif terhadap roket Hamas atau Hezbollah, rudal hipersonik membutuhkan sistem pelacakan dan intersepsi yang lebih canggih, seperti radar berbasis ruang angkasa atau senjata laser seperti Iron Beam, yang masih dalam pengembangan.

Tantangan dan Masa Depan Pertahanan terhadap Rudal Hipersonik

Israel menyadari keterbatasan Iron Dome dan sedang mengembangkan solusi baru, seperti SkySonic, yang dirancang khusus untuk mencegat rudal hipersonik dengan kecepatan dan manuverabilitas tinggi. Sistem ini diharapkan dapat menangani ancaman dari rudal seperti Fattah Iran. 

Selain itu, Iron Beam, sistem pertahanan berbasis laser, menawarkan solusi hemat biaya untuk mencegat berbagai ancaman, termasuk drone, meskipun efektivitasnya terhadap rudal hipersonik masih terbatas oleh faktor cuaca dan lapisan pelindung rudal.

Sementara itu, negara-negara seperti AS juga berinvestasi dalam sistem pertahanan berbasis ruang angkasa, seperti Golden Dome, untuk menangkal rudal hipersonik dengan mencegatnya pada fase peluncuran (boost phase). Pendekatan ini membutuhkan jaringan satelit canggih dan senjata berbasis energi, yang masih dalam tahap pengembangan.

Rudal hipersonik mewakili lompatan besar dalam teknologi militer, dengan kecepatan, manuverabilitas, dan kemampuan penetrasi yang membuatnya sulit dihadapi oleh sistem pertahanan udara konvensional seperti Iron Dome. Negara-negara seperti AS, Rusia, Tiongkok, India, dan Iran memimpin dalam pengembangan teknologi ini, mendorong perlombaan senjata baru di panggung global. 

Iron Dome, meskipun sangat efektif untuk ancaman jarak pendek, tidak dirancang untuk menghadapi rudal hipersonik, yang membutuhkan sistem pertahanan lebih canggih seperti Arrow, SkySonic, atau teknologi masa depan. 

Dengan meningkatnya ancaman rudal hipersonik, dunia pertahanan global harus terus berinovasi untuk menjaga keseimbangan strategis.(*)