
Danau menjadi salah satu tempat nongkrong mahasiswa Unhas. (dok identitas)
Spot lain yang tak kalah populer adalah deretan gazebo yang tersebar di beberapa titik kampus, terutama di sekitar Perpustakaan Pusat dan Gedung Rektorat.
Gazebo-gazebo ini menjadi pilihan utama bagi mahasiswa yang ingin berdiskusi dalam kelompok kecil atau mengerjakan tugas bersama.
Kerenhapukh, mahasiswa Ilmu Politik angkatan 2023, mengaku sering menggunakan gazebo sebagai ruang belajar.
“Kami biasanya bikin kelompok belajar di sini. Enak karena terbuka, tapi tetap teduh. Kadang juga bisa jadi tempat curhat bareng teman, jadi gak terlalu formal,” ungkapnya.
Keberadaan gazebo ini menjadi simbol keseimbangan antara kehidupan akademik dan sosial. Di sana, mahasiswa bisa berganti peran: dari pelajar menjadi pendengar, dari pemikir menjadi teman, dari debater menjadi penghibur.
Ketiga tempat tersebut—Kansas, Danau Unhas, dan gazebo—mewakili wajah kampus yang hidup dan cair.
Tempat-tempat ini menjadi latar bagi ratusan interaksi sosial yang berlangsung setiap harinya, yang kadang tak kalah penting dari materi kuliah itu sendiri.
Dalam perspektif sosiologis, ruang-ruang informal seperti ini justru penting dalam membentuk identitas dan jejaring sosial mahasiswa. Di sana, solidaritas terbangun, kolaborasi dimulai, dan pertemanan bertahan lebih lama dari sekadar masa studi.
Universitas Hasanuddin menyadari pentingnya keberadaan ruang-ruang seperti ini. Itulah mengapa, dalam setiap rencana pengembangan infrastruktur, Unhas selalu memperhatikan elemen ruang terbuka hijau dan area bersosialisasi mahasiswa.
“Kami ingin mahasiswa merasa kampus ini bukan hanya tempat belajar, tapi juga tempat hidup,” ujar salah satu staf bidang kemahasiswaan.
Tiga spot nongkrong favorit mahasiswa ini bukan hanya tempat mengisi waktu luang. Di balik tawa dan obrolan santai, ada proses tumbuh dan belajar yang tak tertulis dalam silabus.
Kansas mengajarkan keberagaman dan toleransi dalam kebisingan. Danau Unhas mengajarkan keheningan sebagai bagian dari refleksi. Gazebo menyatukan ide-ide yang mungkin tak pernah bertemu di ruang kelas.
Bagi mahasiswa Unhas, kampus bukan sekadar ruang akademik. Ia adalah rumah kedua yang memberi ruang untuk berpikir, tertawa, bersosialisasi, bahkan jatuh cinta.
Dan di balik semua itu, selalu ada bangku kosong di Kansas, bayang pepohonan di danau, atau gazebo kecil yang menanti diskusi berikutnya.
"Kalau sudah duduk-duduk di pinggir danau sama teman, ngobrol atau baca buku, energi itu rasanya kembali. Semangat lagi setelah seharian kuliah," pungkas Yonni Arvilia.
(Amina Rahma Ahmad / Rizka Fraja / Unhas.TV)