Opini
Unhas Insight

A Note from Paris

Prof.Dr. Eng. Adi Maulana, S.T, M.Phil

Di Paris, Perancis, saya diundang untuk bertemu beberapa kolega untuk membicarakan kerjasama riset dan akademik maupun bisnis dengan Universitas Hasanuddin. 

Yang pertama, di pagi hari yang masih  terasa hawa dinginnya, Prof Patrick, Ketua Prodi Pasca Sarjana di Fakultas Geografi Universitas Sorbonne Paris, mengundang saya untuk membahas beberapa kerja sama. 

Prof Patrick membuka diskusi dengan beberapa informasi. Dia membuka data kerja sama Universitas Sorbonne dengan Indonesia selama ini. Sambil tertawa santai, dia bilang hanya ada tiga Universitas di Indonesia yg pernah kerja sama dengan Sorbonne. Namun dia bilang, tidak ada tertera Universitas Hasanuddin dalam list-nya. 

Sambil tersenyum, saya memulai pembicaraan tentang Kota Makassar, lokasi, budaya dan sejarahnya.


Bersama Prof Patrick, Ketua Prodi Pasca Sarjana di Fakultas Geografi Universitas Sorbonne Paris (foto: ist)

Saya sangat beruntung, ada Pak Wahyuddin, seorang dosen Sastra Perancis Unhas yang saya minta untuk menemani saya dalam lawatan kali ini. Pak Wahyuddin adalah  doktor lulusan Sorbonne University. Bahasa Perancis-nya nyaris sempurna. Dia menguasai jalan-jalan kota Paris sampai lorong-lorongnya. Dia hampir 5 tahun tinggal di Paris. 

Saya meminta Pak Wahyuddin menjadi koordinator untuk kerjasama Unhas dan Perancis. Dan benar, Pak Wahyuddin masih dikenal oleh banyak dosen-dosen di Sorbonne, terutama di fakultas-nya. 

Saya pun baru mengetahui bahwa Pak Wahyuddin adalah satu-satunya dosen Unhas lulusan dari universitas terbaik di Perancis ini. “Unhas beruntung punya bapak,” kata saya ke telinga Pak Wahyuddin sebagai apresiasi kepadanya yang telah banyak membantu dalam misi selama ke Perancis. 

Pembicaraan dengan Prof Patrick mengalir lancar. Ini berkat Pak Wahyuddin yang mengantar diskusi kami dengan bahasa Perancis yang sangat fasih.  Setelah basa basi ala Perancis yang membuat suasana cair, saya mulai mengajukan beberapa skema kerja sama. 

Di antaranya adalah riset kolaborasi menjadi prioritas dengan pendanaan skema PHC Nusantara antara Pemerintah Perancis dan Indonesia yg sedang berjalan. 

Prof Patrick juga tertarik dengan konsep join degree utk mahasiswa master di bidang tourism. Skemanya adalah 1+1, di mana mahasiswa belajar 1 tahun di Unhas dan 1 tahun di Sorbonne. 

Kami juga membahas kerja sama pengembangan Geopark di Indonesia. Prof Patrick adalah pakar economic tourism, dan salah satu concern-nya adalah optimalisasi potensi ekonomi dari natural heritage

Sorbonne University adalah salah satu institusi yang unggul untuk masalah natural heritage. 

Kebetulan, di waktu yang tidak terlalu lama Unhas akan membentuk Pusat Kolaborasi Riset Nasional Geopark. Soft launching-nya sudah dilakukan pada saat Dies Natalis Unhas di awal September 2024 yang dirangkaikan dengan seminar nasional Geopark. Jadilah kami diskusi sampai hampir 1 jam tentang berbagai macam kerjasama.

Terakhir, saya menyinggung bagaimana kalau kita kerja sama bisnis untuk cruise tourism. Saya bercerita, tentu saja dengan bumbu ilmiah, Sulawesi adalah pusat marine biodiversity di dunia dan pusat-nya coral reef yang indah. 

Saya menjelaskan bagaimana sejarah Pulau Sulawesi terbentuk dari proses geologi panjang yang spektakuler dan betapa Pulau Sulawesi mempunyai kekayaan laut yang sangat indah dengan pulau-pulau nya yang menawan. 

Hmmm. Yang terakhir ini membuat Prof Patrick semakin bersemangat dan terus mengejar saya dengan beberapa pertanyaan serius. Rupanya dia penggiat cruise tourism di kapal-kapal pesiar mewah Eropa dengan omzet yang besar. Kami akan bahas tentang hal ini secara terpisah dan lebih serius. Karena ini sudah masuk ranah bisnis saya tidak akan menjelaskan detailnya disini. Hehehe

Ada 9 perusahaan Unhas yang siap untuk bekerjasama untuk berbisnis, tinggal pilih yang sesuai, saya menawarkan. Prof Patrick tersenyum. Dia memberi kode keras ke saya dengan sudut mata kiri yang sedikit terangkat. Sambil berbisik ke Pak Wahyuddin, dia berkata bahwa dia akan berkirim pesan segera. Hati kecil saya berkata, “Masuk ini barang.”

Waktu sholat Jumat tiba, artinya saya harus bergegas dan pamit. Kami berpisah dengan komitmen untuk segera melakukan follow up kerjasama antara dua universitas. Saya senang, akhirnya pintu kerjasama dengan Sorbonne University, sebuah universitas terbaik di Perancis dan Eropa telah terbuka. Tinggal perlu dipastikan bagaimana follow up-nya. Mercy Prof Patrick...

Saya tiba di Le Grande Mosque de Paris, dan seperti biasa, saya tidak melewatkan untuk melaksanakan ritual sholat di hari Jumat di setiap negara yang saya kunjungi. Kali ini, giliran Jumat di Le Grande Mosque Paris. Alhamdulillah...


Berpose di Grand Mosque, Paris

Selepas jumat, saya masih punya satu janji untuk bertemu Ibu Prof Adele Martial Gros, PhD. Dia adalah ketua Institut de Resherce pour le Development atau Institute Research for Development (IRD), sebuah lembaga riset pemerintah Perancis yang konsen denagn masalah sustainable development. 

Prof Adele, keturunan India, tapi besar di Lyon Perancis. Dia adalah Ketua IRD yg baru untuk Indonesia dan dia baru saja diangkat oleh pemerintah Perancis bulan September ini. Dia sedang menunggu waktu untuk penempatan di Jakarta yang rencananya akhir September. 

Sebelum ke Jakarta, Prof Adele sangat ingin bertemu kami, karena saya, Pak Wahyuddin dan Rektor Unhas bertemu dengan Ketua IRD sebelumnya yang telah pensiun di acara JWG Surabaya beberapa bulan yang lalu. 


Bersama Prof Adele Martial Gros


Saya menjelaskan bahwa Unhas telah mendirikan sebuah lembaga riset yang diberi nama Wallacea Research Institute, sebuah lembaga riset yang ditujukan untuk menghimpun para peneliti dunia yang kosen dengan Biodiversity dan Sustainable Development. Ternyata, inilah yang dicari selama ini oleh lembaga IRD. “Masuk lagi ini barang,” gumam saya dalam hati.

Prof Adele berjanji akan memperioritaskan Unhas dalam kerjasama bidang biodiversitas di Indonesia Timur yang akan dibiayai oleh Pemerintah Perancis. Setelah sekitar 30 menit, kami pun berpamitan karena jadwal pesawat balik ke Indonesia tinggal beberapa jam. 

Saya berjanji akan segera mengundang Prof Adele, dan memastikan bahwa Unhas adalah universitas pertama yang harus dikunjungi saat dia tiba di Indonesia minggu depan.

What a journey! Tidak terasa kami pun harus menuju bandara Charles De Gaulle yang eksotis dan memanjakan pengunjungnya. Waktu masih ada sekitar 1 jam untuk menikmati bandara yang megah.

Terima kasih untuk semuanya. Pengalaman yang indah. Alhamdulillah. 

Paris, medio September 2024


*Penulis adalah Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan dan Bisnis Universitas Hasanuddin