MAKASSAR, UNHAS.TV - Antrean panjang truk dan bus di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) untuk mengisi bahan bakar solar menimbulkan kesan bahan bakar solar semakin langka. Ketidakpastian ketersediaan solar di SPBU juga menimbullkan antrean sejak tengah malam hingga dini hari.
Inilah yang dirasakan oleh Parais dan Icak, supir bus antar kota yang melayani rute Sorowako - Makassar. Menurut keduanya, antrean panjang membuat mereka resah karena waktu tunggu makin lama, ditambah dengan ketidakpastian mengenai kapan pasokan solar akan kembali normal.
"Kalau dikatakan solar langka, memang sudah terasa sejak beberapa bulan lalu sampai sekarang. Kami para sopir pada umumnya bila menemukan SPBU yang menyediakan solar, kami langsung mengisi. Apalagi kami punya barcode untuk pengisian bahan bakar," kata Parais.
"Kalau pembatasan itu tetap ada. Itu peraturan SPBU, harus sesuai dengan barcode 200 liter per satu kali pembelian," kata Ical.
Parais mengisahkan, para sopir biasanya mengunggu pengisian selama dua hingga empat jam. "Saya menunggu sejak pukul 7 pagi. Ini sudah pukul 8 pagi. Tapi teman saya yang di belakang, sudah hampir tiga jam menunggu di SPBU karena pasokan dari Pertaminan belum ada ke SPBU," katanya.
Baso, pengendara truk, juga merasakan hal serupa. "Saya tidak pernah merasakan pembatasan. Bahwa solar langka, memang langka. Dulu saya bisa mengantar tiga kali dalam sehari, kita tinggal dua kali mengantar karena banyak waktu tersisa untuk menunggu solar di SPBU," ujar Baso.
Dampak dari kelangkaan itu, penghasilan Baso berkurang. "Gaji saya dihitung per belaka kali pengantaran. Andai pasokan soal gampang tersedia, gaji saya pasti bertambah," ujarnya.
Andrea Ririn Karina & Rifki Rito (Unhas TV)