UNHAS.TV - Setiap tetes air susu ibu (ASI) di hari-hari pertama kehidupan bayi adalah anugerah kehidupan. Tidak hanya menjadi sumber nutrisi, ASI juga ibarat vaksin pertama yang diberikan alam untuk memperkuat daya tahan tubuh bayi.
Menurut UNICEF, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan pertama memiliki risiko kematian akibat diare dan infeksi saluran pernapasan hingga 14 kali lebih rendah dibandingkan bayi yang tidak disusui.
Momentum Pekan Menyusui Sedunia yang diperingati setiap 1–7 Agustus menjadi pengingat betapa vitalnya peran ASI bagi tumbuh kembang anak.
Dalam sebuah program siniar Unhas Sehat, Prof dr Andi Dwi Bahagia Febriani PhD, dokter spesialis anak konsultan neonatologi, membedah tuntas peran ASI, mitos yang masih beredar, hingga tantangan pemberian ASI di masyarakat.
Banyak orang keliru mengira Pekan Menyusui Sedunia identik dengan Pekan ASI. Padahal, menurut Prof. Andi, keduanya berbeda.
“Bayi bisa menerima ASI dengan dua cara: menyusu langsung atau melalui ASI perah. Tapi menyusui langsung punya kelebihan luar biasa,” jelasnya.
Kelebihan itu tak hanya soal nutrisi. Saat menyusui, tubuh ibu memproduksi hormon prolaktin dan oksitosin, dikenal sebagai hormon cinta, yang memperkuat ikatan batin ibu dan bayi.
Selain itu, kontak kulit ke kulit memungkinkan bayi memperoleh bakteri baik dari kulit ibu yang memperkaya mikrobiota usus, membantu melawan infeksi, dan menunjang kesehatan jangka panjang.
Kolostrum: Emas Pertama Kehidupan
Tujuh hari pertama kelahiran adalah periode emas. Di saat inilah kolostrum, cairan kental berwarna kekuningan yang keluar sebelum ASI matang, menjadi tameng utama tubuh bayi.
“Kolostrum penuh antibodi dan enzim pencernaan yang melindungi saluran cerna bayi yang masih sangat rentan,” terang Prof. Andi.
Kolostrum membentuk lapisan pelindung di dinding usus, mencegah masuknya patogen berbahaya ke peredaran darah. Manfaatnya sedemikian besar hingga para ahli menyebutnya “cairan emas” bahkan, kata Prof. Andi sambil tersenyum, “Kalau boleh saya bilang, nilainya sudah platinum.”
Di beberapa daerah, keyakinan lama masih bertahan: bayi harus diberi air putih atau madu sebelum ASI. Prof. Andi menegaskan, itu adalah mitos yang berpotensi membahayakan.
“ASI sudah mengandung 80% air, cukup untuk hidrasi bayi. Tambahan air atau madu justru berisiko membawa kuman,” tegasnya.
Risiko Jika Bayi Tak Mendapat ASI Eksklusif
>> Baca Selanjutnya