UNHAS.TV - Suasana Auditorium Prof. Amiruddin di kampus Universitas Hasanuddin siang itu, Jumat (10/10/2025), terasa berbeda. Di panggung utama, layar besar menampilkan wajah tenang seorang pria berkacamata yang duduk tegak di balik meja berlapis kain merah marun.
Di hadapannya, enam penguji dari berbagai universitas ternama bersiap membuka lembar catatan. Tepat pukul 16.00 WITA, suara moderator memecah keheningan: “Sidang terbuka promosi doktor atas nama drg. Andi Tajrin, Sp.BMM., SubSp COM(K), kami mulai.”
Tepuk tangan bergemuruh dari lebih 400 hadirin yang terdiri atas civitas akademika, kolega sejawat, hingga tokoh masyarakat. Di barisan depan, Rektor Universitas Hasanuddin Prof. Jamaluddin Jompa duduk berdampingan dengan Promotor, Prof. Drg. Muhammad Ruslin, Sp.BMM(K).

Tak jauh di sisi kanan, Ustaz Das’ad Latif menatap penuh kebanggaan. Nanti, ia akan memberi tausiah singkat yang menutup sidang dengan kalimat menohok: “Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin rendah hati seharusnya ia menunduk.”
Di meja presentasi, drg. Andi Tajrin menatap layar, memulai pemaparannya dengan suara yang tenang tetapi mantap.
Di hadapan para penguji dari Unhas, Universiti Malaya, dan Universitas Indonesia, ia membedah hasil riset doktoralnya yang berjudul “Dampak Operasi Celah Bibir terhadap Kualitas Hidup dan Kesehatan Mental dalam Kaitannya dengan Faktor Sosiodemografis dan Akses Pelayanan Kesehatan di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan: Sebuah Studi Multisenter.”
Pengabdi Ilmu dari Timur
Nama drg. Andi Tajrin bukanlah nama asing dalam dunia kedokteran gigi Indonesia Timur. Lahir di Kolaka pada 10 Oktober 1974, ia dikenal sebagai sosok yang tekun menggabungkan dedikasi klinis, kepemimpinan rumah sakit, dan produktivitas ilmiah.
Dengan h-index Scopus 5, angka yang jarang dicapai mahasiswa doktoral, ia telah menulis lebih dari 50 artikel ilmiah di jurnal internasional bereputasi, khususnya tentang bedah mulut dan kasus celah bibir-lelangit (cleft lip and palate).

Suasana ujian promosi drg Andi Tajrin

Bersama Rektor Unhas dan para penguji seusai ujian
Pendidikan panjangnya bermula dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin pada 2003, kemudian Magister Kesehatan di Universitas Padjadjaran pada 2010, dan Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial di tempat yang sama.
Ia juga menyelesaikan pendidikan Subspesialis Cleft Lip and Palate, bidang yang menjadi panggilan jiwanya hingga kini. Saat ini, ia menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Unhas sekaligus Kepala Program Studi Bedah Mulut dan Maksilofasial Indonesia, program yang baru tujuh tahun berdiri tetapi sudah berakreditasi unggul dan internasional.
Disertasi dan Temuan Penting
Penelitian multisenter yang ia pertahankan mencakup 301 pasien dari 11 kota di Indonesia, mulai dari Makassar, Padang, Bandung, Jakarta, Malang, Palu, Gorontalo, hingga Ambon dan Ternate.
Dengan menggunakan instrumen WHOQOL-BREF dan MHI-38, Tajrin menelusuri hubungan antara operasi celah bibir dengan kualitas hidup (HRQoL) serta kesehatan mental pasien dan keluarga mereka.
Temuannya menggugah. Pasien di wilayah pedesaan memiliki beban CL/P yang lebih tinggi, dipengaruhi faktor risiko sosial ekonomi seperti pendidikan rendah, usia ibu ekstrem, dan paparan rokok.
Operasi terbukti meningkatkan kualitas hidup terutama pada aspek psikologis dan lingkungan, namun manfaat itu tidak merata dan sangat tergantung pada kondisi sosial serta akses pelayanan.
Lebih jauh, penelitian ini membuka cakrawala baru dalam dunia medis Indonesia, yaitu perlunya integrasi layanan multidisiplin dan penguatan telehealth di daerah terpencil. Ia menekankan pentingnya registri nasional CL/P agar Indonesia tidak lagi sekadar menjadi pengguna data global, tetapi turut menjadi penyumbang pengetahuan dunia.
Produktivitas Ilmiah dan Pengabdian
Dari disertasi ini, Tajrin telah menerbitkan tiga artikel di jurnal Scopus dan sebuah buku ber-ISBN yang merangkum hasil riset multidisipliner. Empat manuskrip lainnya kini tengah direview di jurnal internasional bereputasi Q1 dan Q2. “Rasanya program doktor lain belum banyak yang menuntut produktivitas seperti ini,” ujar salah satu penguji sambil tersenyum.