Polhum

Bahlil Lahadalia: Kampus Tak Menjamin Karier Politik Seseorang

JAKARTA, UNHAS.TV - Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa kualitas dan kesuksesan dalam dunia politik tidak ditentukan oleh asal kampus.

Hal ini ia sampaikan dalam Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspinas) III Kosgoro 1957 di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Rabu (7/5/2025).

Dalam sambutannya, Bahlil menyapa Gubernur Lemhanas, Ace Hasan Syadzily, yang juga hadir dalam acara. Ia menyinggung sejarah Lemhanas yang pernah dua kali dipimpin oleh kader Partai Golkar, yakni Muladi dan Ace Hasan.

"Kalau Pak Muladi, dulu Jaksa Agung, profesor, berproses panjang, baru jadi Gubernur Lemhanas. Kalau Pak Ace, enggak perlu profesor, langsung gubernur," ujar Bahlil disambut tawa hadirin.

Ia lalu menyoroti latar belakang pendidikan dua tokoh tersebut. Muladi dikenal sebagai pakar hukum pidana dan lulusan perguruan tinggi ternama, sementara Ace Hasan merupakan alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bahlil kemudian mencontohkan dirinya sendiri sebagai bukti bahwa almamater bukan penentu utama karier politik. Ia adalah lulusan universitas di Papua, namun mampu meniti karier hingga menjadi Menteri Investasi dan kini Ketua Umum Partai Golkar.

"Kampus tidak menjamin kualitas dan karier politik seseorang, termasuk saya maksudnya," katanya.

Selain Bahlil, ada beberapa nama politisi lain, yang cemerlang secara politik, meskipun bukan berasal dari kampus besar. Di antaranya Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI yang menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Jakarta. 

Ada juga Setya Novanto, mantan Ketua DPR sekaligus mantan Ketua Umum Partai Golkar, yang merupakan alumnus Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya. Serta Agung Laksono, Ketua DPR periode 2004–2009 dan mantan Ketua Umum Golkar, yang menamatkan pendidikan di Universitas Kristen Indonesia (UKI).

“Jadi bukan soal kampusnya siapa, tapi soal integritas, kerja keras, dan kesempatan,” ujar Bahlil.

Pernyataan itu menjadi penegasan bahwa politik membuka ruang bagi siapa saja yang mau bekerja dan berjuang, terlepas dari latar belakang akademiknya.

“Sepanjang kita bekerja keras, punya netwokring kuat, serta kerja ikhlas, pasti akan sukses,” pungkasnya.