TEL AVIV, UNHAS.TV – Ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah mencapai titik baru yang berbahaya. Israel secara terbuka mengisyaratkan upaya pembunuhan terhadap Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, sebagai respons atas meningkatnya agresi militer dari Teheran.
Dalam pernyataan tegas pada Kamis, 19 Juni 2025, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz menyatakan bahwa "seorang pemimpin seperti Khamenei, yang secara terbuka menyerukan penghancuran Israel, tidak lagi bisa dibiarkan hidup." Ucapan ini dilontarkan usai kunjungan Katz ke lokasi serangan rudal di Holon, wilayah selatan Tel Aviv, yang sebelumnya dihantam oleh serangan udara dari arah Iran.
“Dia (Khamenei) secara ideologis dan militer berkomitmen untuk melenyapkan Israel dari peta dunia. Dan dia melakukannya dengan memakan korban yang tak sedikit,” ujar Katz dengan nada tegas. Ia menuduh Khamenei sebagai dalang langsung dari serangkaian serangan terhadap infrastruktur sipil dan rumah sakit di wilayah Israel.
Israel mengklaim juga bahwa salah satu serangan terbaru Iran menargetkan Rumah Sakit Soroka di kota Beersheba pada Kamis pagi. Rudal jarak menengah yang diyakini diluncurkan oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran menghantam bagian luar rumah sakit, menyebabkan sejumlah pasien dan staf medis mengalami luka. IRGC menolak tuduhan tersebut namun ia membenarkan bahwa ada serangan di hari kamis kemarin (19/6) dan serangan tersebut sebagai bagian dari gelombang keempat belas dalam kampanye militer yang disebut "Pembalasan Terhormat untuk Palestina."
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam wawancara dengan jaringan ABC News, tidak membantah kemungkinan bahwa Israel akan menargetkan langsung Ayatollah Khamenei. "Tidak ada satu pun yang benar-benar aman jika mereka secara aktif memimpin upaya penghancuran terhadap kami," ujarnya.
Pernyataan ini memunculkan kembali laporan lama dari tahun 2020, ketika mantan Presiden AS Donald Trump dilaporkan menolak permintaan untuk menyetujui operasi militer terhadap pemimpin Iran karena khawatir akan eskalasi besar-besaran. Namun Netanyahu membantah asumsi tersebut dengan mengatakan, “Menargetkan Khamenei bukanlah eskalasi. Justru itu akan mengakhiri konflik.”
Menurut data dari International Crisis Group dan laporan intelijen independen, eskalasi ini menunjukkan perubahan paradigma dalam strategi keamanan Israel. Jika sebelumnya Tel Aviv menghindari penargetan langsung terhadap simbol kepemimpinan Iran, kini pendekatan "decapitation strike" — yaitu penghilangan pemimpin kunci — mulai menjadi pilihan serius dalam strategi militer.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan pemimpin tertinggi Iran "tidak boleh lagi dibiarkan ada". (Kredit: Reuters; Ronen Zvulun).
Di pihak lain, Iran menanggapi dengan retorika keras. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, memperingatkan bahwa setiap serangan terhadap Ayatollah Khamenei akan dianggap sebagai deklarasi perang terbuka dan akan memicu "respons tanpa batas" terhadap Israel dan sekutunya.
Konflik Israel-Iran selama beberapa dekade terakhir memang tak pernah benar-benar padam. Namun, intensitas dan keterbukaan ancaman terbaru ini mencerminkan bahwa dunia mungkin sedang menyaksikan babak baru dari konflik regional yang bisa berujung pada konfrontasi skala penuh.
PBB, melalui Sekretaris Jenderal António Guterres, menyerukan “penahanan diri maksimum” dari kedua pihak, sementara Uni Eropa menyatakan keprihatinan mendalam atas potensi eskalasi ke perang regional yang lebih luas, terutama mengingat ketegangan yang masih berlangsung di Gaza, Lebanon Selatan, dan Laut Merah.(*)