Kesehatan
News

Begadang Tanpa Alasan, Bisa Picu Masalah Otak dan Saraf

UNHAS.TV – Dalam hiruk-pikuk gaya hidup modern, begadang seringkali dianggap lumrah. Ada yang memilih tetap terjaga hingga larut malam karena menonton serial favorit, bermain gawai, mengerjakan tugas, hingga sekadar nongkrong bersama teman.

Namun, di balik itu, ada konsekuensi serius yang kerap diabaikan: kesehatan otak dan saraf bisa terancam.

Menurut dr. Muhammad Iqbal Basri, M.Kes., Sp.S(K), dokter spesialis saraf Universitas Hasanuddin, tubuh manusia memiliki ritme sirkadian atau jam biologis yang mengatur siklus tidur dan bangun.

Ritme ini dirancang agar organ vital, termasuk otak, mendapat kesempatan untuk beristirahat dan melakukan perbaikan sel.

“Jika ritme ini terganggu karena kebiasaan begadang, maka tubuh kehilangan fase pemulihan optimalnya,” jelas dr. Iqbal.

Gangguan tidur tidak hanya menyebabkan rasa kantuk dan lemas keesokan harinya.

Lebih jauh, kondisi ini berpotensi merusak fungsi organ lain. Misalnya, irama jantung yang berubah, tekanan darah yang meningkat, hingga risiko diabetes.

Penelitian medis bahkan menyebut kurang tidur kronis dapat menurunkan elastisitas pembuluh darah otak sehingga meningkatkan risiko stroke.

“Kurang tidur membuat sistem imun melemah, tubuh lebih mudah terserang penyakit. Bahkan dalam jangka panjang, begadang berhubungan dengan penyakit saraf degeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson,” tambahnya.

Penyakit ini muncul akibat akumulasi protein abnormal di otak yang seharusnya dibersihkan ketika seseorang tidur.

Tidur Bukan Sekadar Mengistirahatkan Tubuh

Banyak orang mengira, membagi waktu tidur – misalnya empat jam di malam hari lalu dilanjutkan empat jam di siang hari – sama baiknya dengan tidur malam penuh.

Dokter Iqbal menegaskan, pandangan ini keliru. Tidur malam tetaplah waktu terbaik bagi tubuh untuk melakukan perbaikan dan regenerasi sel.

“Waktu tidur ideal orang dewasa adalah tujuh hingga delapan jam per malam. Jika pola ini diabaikan, tubuh akan membayar harganya dalam jangka panjang,” tegasnya.

Kebiasaan menggunakan gawai berlebihan pada malam hari menjadi salah satu penyebab utama orang sulit tidur.

Cahaya biru dari layar ponsel dan komputer menghambat produksi melatonin, hormon yang mengatur rasa kantuk. Akibatnya, meski mata terasa lelah, otak tetap aktif sehingga tidur menjadi tertunda.

Dr. Iqbal menyarankan agar setiap orang disiplin dalam mengatur waktu tidur. Caranya dengan membatasi penggunaan gawai satu jam sebelum tidur, menjaga rutinitas tidur yang konsisten, serta menciptakan suasana kamar yang nyaman dan minim cahaya.

Mengapa Tidur Malam Lebih Penting?

Sejumlah studi internasional menegaskan pentingnya tidur malam. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Neuroscience (2021) menemukan bahwa selama tidur malam, otak melakukan proses glymphatic clearance, yakni pembersihan racun dan protein berbahaya dari jaringan otak.

Tanpa tidur malam yang cukup, proses ini terganggu, meningkatkan risiko penumpukan zat berbahaya yang berkaitan dengan demensia.

Selain itu, Harvard Medical School mencatat bahwa orang yang tidur kurang dari enam jam per malam selama beberapa minggu mengalami penurunan konsentrasi, memori, hingga daya tahan tubuh.

Dalam jangka panjang, mereka lebih rentan terkena obesitas, hipertensi, dan penyakit jantung.

Bagi masyarakat perkotaan yang terbiasa dengan ritme cepat, tidur kerap dianggap penghalang produktivitas.

Padahal, menurut penelitian, tidur justru memperkuat memori, meningkatkan kreativitas, dan memperbaiki suasana hati.

“Tidur bukan kemewahan, tapi kebutuhan biologis. Tanpa tidur yang cukup, tubuh tidak akan mampu bekerja optimal,” ujar dr. Iqbal.

Kesadaran yang Perlu Dibangun

Fenomena begadang tanpa alasan jelas seakan sudah menjadi budaya, terutama di kalangan anak muda. Mulai dari nongkrong hingga maraton serial drama, semua sering dijadikan dalih untuk menunda tidur. Kesadaran masyarakat akan bahaya kebiasaan ini perlu ditingkatkan.

Pemerintah maupun institusi pendidikan bisa mengambil peran dengan mengedukasi generasi muda tentang pentingnya pola tidur sehat.

Bagi individu, langkah kecil seperti mematikan notifikasi ponsel sebelum tidur, menjaga jadwal tidur teratur, dan membatasi konsumsi kafein di malam hari dapat membuat perbedaan besar.

Begadang memang terasa menyenangkan sesaat, tetapi dampaknya pada otak dan saraf tidak bisa disepelekan.

Dari penurunan konsentrasi hingga risiko penyakit serius, semua berawal dari satu hal sederhana: tidur yang terabaikan.

“Jangan tunggu sakit dulu baru menyadari pentingnya tidur. Mulailah disiplin sekarang, agar tubuh tetap sehat dan otak terlindungi,” pesan dr. Iqbal.