Lingkungan

Berguru Aquatic Toxicology di Konferensi Japanese Society of Fisheries Science

Catatan Perjalanan dari Osaka, Jepang:


Oleh: Khusnul Yaqin

Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin


Sains itu mahal. Kenyataan itu yang seringkali tidak dipahami oleh orang awam. Sains dipandang awam seolah-olah datang dari langit tanpa babibu, hadir begitu saja di tangan pengguna sains. Padahal tidak seperti itu kenyataannya. 

Untuk membuktikannya sains tidak sekadar membutuhkan penelitian, tetapi penyeminaran hasil penelitian itu di kumpulan para saintis. Dengan alasan itulah kami ikuti acara simposium yang diadakan oleh JSFS di Kyoto Jepang. 

Universitas kami memberikan dana kecil, Rp15 juta. Itupun dibayar 80℅ dulu. Setelah pulang dari simposium baru dibayarkan sisanya.

Tentu saja dana Rp15 juta tidak cukup dipakai bersimposium. Bisa dihitung sendiri, ongkos transportasi, hotel, biaya hidup dan registrasi. Terpaksa harus nombok. 

Untuk mencari tiket murah terpaksa pakai penerbangan transit sana transit situ dengan durasi perjalanan 24 jam. Padahal kalau pakai yang layak, tidak sampai 24 jam dari makassar ke Kyoto.

Anda bisa menghitung sendiri kerugiannya. Sekiranya saintis tidak harus berjibaku mencari "jalan murah", maka waktu yang ada bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih inspiratif. 

Lagi-lagi kenyataan itu yang tak lagi dipahami oleh awam yang ada di pemerintahan maupun yang hidup di gelangang perdagangan. 

Perjalanan 24 jam dengan tidur dan istirahat yang tidak menentu, terasa melelahkan bagi saintis yang menjelang uzur. Sebenarnya para saintis itu harus memunyai kader yang digaji untuk menjalankan gagasan-gagasan besarnya.

Tapi apalacur, hal yang seperti itu tidak bisa dilakukan sebagian saintis, karena gajinya sendiri saja tidak terbilang berlebih untuk membayar kader. 


Ketemu Mitra


>> Baca Selanjutnya