UNHAS.TV - Saya Agum Trianto Gunawan, mahasiswa disabilitas Program Studi Magister Manajemen. Saya mengalami kecelakaan sekitar 9 tahun lalu, tepatnya Desember 2008. Sejak kecil tinggal bersama nenek dan saya juga berasal dari keluarga broken home.
Disabilitas bukan penghalang untuk memperoleh pendidikan tinggi karena saya bisa membuktikan mampu menyelesaikan studi hingga akhir dengan predikat cumlaude.
Proses studi saya didukung penuh beasiswa LPDP hingga lulus. Tidak mudah menjalani dan mendapatkan itu semua. Ada usaha dan doa yang selalu dipanjatkan untuk meraih beasiswa tersebut. Alhamdulillah, saya lulus one shoot LPDP di tahun 2023.
Saat menjalani studi di Unhas, saya selalu bertanya-tanya apakah kampus ini memiliki layanan disabilitas. Saya melihat kampus besar di Jawa telah memiliki ULD tersendiri.
Ketika mencari di IG Kemahasiswaan Unhas, ternyata Unhas sudah memiliki layanan tersebut. Kemudian saya bertemu Kak Ishak selaku Kepala Pusat Disabilitas (Kapusdis) dan diizinkan bergabung.
Dari situlah saya aktif menjadi relawan dalam berbagai event dan kepanitiaan Pusat Disabilitas. Saya juga baru mengetahui tentang etika disabilitas serta aksesibilitas.
Dari situ, saya belajar mengenai lingkungan inklusif dan bertemu teman-teman disabilitas lainnya di Unhas. Sebelumnya, saya tidak pernah bertemu teman-teman difabel. Pusdis menjadi first experience saya. Di sini saya belajar banyak hal, seperti:
- Cara memanggil teman Tuli (tidak boleh berteriak)
- Membantu teman netra (harus mendeskripsikan secara jelas, terutama saat menonton film)
- Berbicara dengan pengguna kursi roda (posisi harus setara)
- Dan lain sebagainya
Di Pusdis, kami tidak perlu khawatir berinteraksi dengan teman Tuli karena tersedia kelas bahasa isyarat gratis yang diadakan 2 minggu sekali setiap Rabu dan Jumat.
Yang penting rajin datang dan mempraktikkan terus-menerus. Dari kelas ini, telah lahir beberapa JBI (Juru Bahasa Isyarat) yang membantu kegiatan Pusdis.
Dengan adanya Pusdis, saya belajar banyak tentang keberagaman disabilitas. Selama ini saya hanya mengenal daksa atau fisik, netra, Tuli, dll. Tapi saya baru tahu ada cerebral palsy, difabel ganda, ADHD, low vision, dan lainnya.
Berinteraksi dengan sesama difabel menjadi babak penting dalam hidup saya. Meskipun saya sendiri difabel, sebelumnya saya masih bergulat dengan narasi "keterbatasan" yang sering menjadi stigma.
Setiap hari di Pusdis adalah pelajaran berharga. Saya melihat bagaimana teman-teman dengan disabilitas berbeda menghadapi tantangan akademik dan sosial dengan ketangguhan luar biasa. Kami saling mendukung dalam meraih aksesibilitas, mulai dari:
- Mencari rute mudah di kampus
- Memahami materi kuliah
- Berbagi tips mengatasi stigma
Diskusi kami tidak hanya tentang kesulitan, tetapi juga solusi, inovasi, dan aspirasi masa depan. Kami bukan sekadar "penyandang disabilitas", tapi individu dengan bakat, ide, dan mimpi.
Interaksi ini memperkuat keyakinan saya bahwa inklusivitas sejati adalah pengakuan penuh atas nilai setiap individu. Di Pusdis, saya menemukan lembaga yang tidak hanya memahami perjuangan saya, tetapi juga merayakan setiap pencapaian.
Saya juga menjalankan berbagai tugas di Pusdis seperti layanan disabilitas. Sebagai relawan, kami berkomitmen melayani difabel dalam hal:
- Aksesibilitas
- Mobilisasi
- Mediasi
- Dan lainnya
Alurnya, kami mengumpulkan KRS dari setiap madif lalu membuat jadwal sesuai ketersediaan relawan. Tantangan terbesar adalah fasilitas kampus yang belum sepenuhnya inklusif:
- Ramp tidak sesuai standar
- Gedung lantai 3 tanpa lift
- Jalan rusak
- Ruangan sulit dijangkau kursi roda
- WC disabilitas terkunci atau dijadikan gudang
Sebagai madif, saya sedih mengapa kami diterima di kampus ini tapi fasilitas belum inklusif. Alhamdulillah, Pusdis yang terdiri dari divisi riset, mediasi, kerelawanan, IT Inklusif, dan layanan - dibantu Kapusdis Kak Ishak Salim - telah melakukan mediasi ke beberapa dekan.
Hasilnya sudah ada perbaikan, seperti:
- FKM yang melakukan audit aksesibilitas (ramp, guiding block, akses kelas, WC) dan langsung memperbaiki dalam seminggu
- FISIP yang membangun ramp sesuai standar
Saat ini Pusdis terus berupaya menjadikan Unhas lebih inklusif. Dalam waktu dekat akan ada pelatihan dosen, terutama prodi yang memiliki mahasiswa disabilitas. Mereka akan diajarkan tentang:
- Perspektif disabilitas
- Etika berinteraksi
- Penyusunan RPS yang ramah difabel
Bagi yang penasaran dengan Pusdis dan kegiatannya, bisa cek website kami di https://udc.unhas.ac.id/
Saya ingin menyampaikan: Tolong jangan tatap kami seperti pasien yang perlu disembuhkan. Kita semua sama - belajar di tempat sama, mengejar cita-cita dan impian. Jangan berikan kami tatapan seperti itu.
Untuk teman-teman disabilitas: Jangan biarkan apa pun membatasi potensi kalian. Pendidikan adalah kunci membuka masa depan dan kemandirian. Setiap ilmu adalah investasi berharga.
Kamu punya hak yang sama untuk pendidikan berkualitas dan kehidupan bermartabat. Suarakan kebutuhanmu, perjuangkan inklusivitas, dan jadilah agen perubahan. Yakinlah pada dirimu sendiri - kamu luar biasa!
Bersama, mari wujudkan Unhas sebagai kampus inklusif dimana setiap individu memiliki akses penuh terhadap pendidikan berkualitas dan kesempatan berkembang. Mari bergandengan tangan menciptakan lingkungan yang ramah, setara, dan memberdayakan bagi semua.
Terima kasih.