
Logo ayam di baju timnas Prancis di Piala Dunia
Beruntung, seorang ilmuwan dan etnolog Christian Pelras menelusuri jejak dua bangsawan ini. Kisahnya sempat tenggelam dalam catatan sejarah. Dalam artikelnya yang terbit di Masyarakat Indonesia edisi Juni 1982, Pelras mengulas perjalanan Daeng Ruru dan Daeng Tulolo di Prancis.
Ia kemudian meneliti lebih lanjut dan menerbitkan kajiannya di jurnal Archipel edisi 1997 dengan tajuk La première description de Célèbes-sud en français et la destinée remarquable de deux jeunes princes makassar dans la France de Louis XIV.
Belakangan, Bernard Dorleans memasukkan kisah ini dalam bukunya Les Français et l'Indonésie du XVIe au XXe siècle (2001), yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Orang Indonesia & Orang Prancis Dari Abad XVI Sampai dengan Abad XX (2006).
Dari penelitian ini, terungkap bahwa kisah Daeng Ruru dan Daeng Tulolo bukan sekadar anekdot sejarah, tetapi bagian dari jaringan interaksi antara Nusantara dan Prancis pada abad ke-17.
Mengenang Dua Pangeran
Hari ini, nama Daeng Ruru dan Daeng Tulolo nyaris tak dikenal di tanah kelahiran mereka. Tidak ada monumen di Makassar yang mengenang dua pangeran ini. Padahal, kisah mereka menunjukkan bahwa jauh sebelum Indonesia merdeka, anak-anak bangsawan Nusantara sudah menapaki dunia internasional, belajar di pusat-pusat kekuasaan Eropa, dan bahkan menjadi bagian dari elite militer asing.
Namun, ada satu kebetulan sejarah yang menarik. Saat Prancis bertanding di Piala Dunia, maskot tim mereka selalu menampilkan ayam jantan Gallic (Le Coq Gaulois), simbol nasional yang mencerminkan keberanian dan kebanggaan bangsa Prancis.
Sebuah ikon yang juga punya gema tersendiri dalam sejarah Makassar—karena sejak dulu, orang Makassar menyebut diri mereka sebagai "Ayam Jantan dari Timur".
Apakah ada pertautan antara dua simbol ini? Mungkin hanya kebetulan. Namun, dalam riwayat kedua pangeran Makassar yang berlayar jauh ke Prancis, lalu diterima dalam lingkaran elite militer negeri itu, mungkin ada sesuatu yang lebih dari sekadar kebetulan—yakni semangat perlawanan, kegigihan, dan keberanian menembus batas dunia yang lebih luas.
Jejak mereka mungkin samar, tetapi kisah mereka tetap hidup. Seorang ningrat dari Makassar, dikuburkan di tanah yang jauh, menjadi bagian dari sejarah legiun Prancis yang jarang diceritakan kembali.
*Penulis adalah blogger, peneliti, dan digital strategist. Lulus di Unhas, UI, dan Ohio University. Kini tinggal di Bogor, Jawa Barat.