
Fadly Padi kini aktif dengan gerakan Urban Farming bekerja sama dengan Pemkot Makassar. (dok unhas.tv)
Tak hanya menyasar generasi muda, Fadly juga aktif mengisi pelatihan prapurnabakti di berbagai institusi, mengajarkan para calon pensiunan aktivitas produktif lewat berkebun.
“Urban farming bisa jadi teman terbaik masa pensiun. Daripada stres, lebih baik tanam sayur dan panen telur sendiri,” ujarnya sambil tertawa.
Aktivitasnya tak berhenti di kebun kecil. Di rumahnya, Fadly merawat ayam petelur omega untuk kebutuhan keluarga. Ia juga membiasakan diri dan keluarganya mengonsumsi hasil kebun sendiri—cabe, kangkung, kemangi, hingga buah-buahan segar.
“Ketika kita petik sendiri, nutrisi dan enzim dalam makanan masih optimal. Itu beda dengan produk luar yang jejak karbonnya panjang,” jelasnya.
Bagi Fadly, urban farming bukan sekadar aktivitas praktis. Ada nilai filosofis yang ia tekankan: tentang kembali ke akar, memahami proses hidup, dan membentuk relasi yang sehat dengan alam.
“Saya belajar dari konsep Petik-Olah-Jual yang dulu dicanangkan Prof. Ahmad Amiruddin. Waktu kecil saya pelihara puyuh, itu membekas sekali. Hari ini saya ingin melanjutkan semangat itu,” kenangnya.
Menurut Fadly, dalam dunia yang serba instan dan konsumtif, menanam kembali kesadaran akan proses adalah hal yang krusial. Ia pun mendorong siapa pun memulai dari hal sederhana, dari yang disukai, dari apa yang tersedia di sekitar.
“Kalau suka cabe, tanam cabe. Kalau suka kangkung, tanam kangkung. Urban farming bukan soal punya lahan luas, tapi soal kemauan untuk kembali terkoneksi dengan tanah dan kehidupan,” ujarnya menutup sesi dengan senyum tulus.
Dari cahaya panggung ke teduhnya kebun, Fadly membuktikan bahwa perubahan tak harus spektakuler. Kadang, revolusi terbesar datang dari hal kecil: bibit, air, dan niat untuk hidup lebih selaras dengan alam.
Gerakan Tanami Tanata Makassar
>> Baca Selanjutnya