Unhas Figure

Dulu Suka Berkelahi, Kini Profesor Siaga Bencana

Di hari ketika selesai ikut tes masuk Unhas, dia berlari sekencang-kencangnya ke Pelabuhan Makassar, saat kapal baru beberapa meter berlayar. Dia melempar tasnya, setelah itu melompat ke dalam kapal. Dia ingin ikut ke Jakarta, lalu Bandung, agar bisa ikut tes masuk ITB.

Sayang, takdirnya bukan di ITB. Dia tidak lulus tes masuk. Ibunya memberi kabar dirinya lulus Fakultas Kedokteran Unhas. Sebagai anak yang tidak pernah membantah kata ibunya, dia pulang dan mengubur mimpinya jadi insinyur.

Idrus Paturusi lahir dari ibu Siti Hasnah Karaeng Caya, seorang keturunan bangsawan Bantaeng. Ayahnya adalah Andi Paturusi, militer keturunan bangsawan Pinrang.

Ayahnya sering pindah-pindah tugas sehingga Idrus menjalani masa sekolah dasar di enam SD berbeda yang tersebar di Jakarta dan Makassar. Sebagaimana anak pimpinan militer, semasa kecil dia dikawal seorang ajudan.

Di hari ketika dia menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas, dia terlambat masuk sehingga tidak ikut pelonco di FK. Dia lalu diminta ikut pelonco di FKG yang saat itu baru mulai angkatan pertama.

Dia melawan. Dia menolak di-pelonco. Para senior mengenalnya sebagai anak yang dulu memecahkan kaca laboratorium. Seorang senior emosi hingga mengeluarkan kata-kata yang membuatnya tersinggung.

Dia pulang ke rumah. Ternyata ibunya sedang balik ke Pinrang. Hatinya masih panas. Dia kumpulkan temannya di Jalan Gunung Nona dan Pasar Maricaya. Dia berkata: “Mau ko kita pergi pasimbung di Unhas nanti malam?” Temannya siap.

Dia ingin bikin geger perpelomcoan di FKG. Malamnya, setiba di lokasi perpeloncoan dia ketemu mahasiswa senior Ardin Hutasoit yang memaki Idrus kemudian menghubungi panitia kegiatan. Datang banyak orang mengepungnya. Dia siap berkelahi.

Saat itulah, seorang mahasiswa senior mendatanginya dengan tenang. Mahasiswa ini sopan menyapanya, kemudian bertanya, apa mau ikut pelonco? Idrus luluh. Dia orang Bugis yang jika dilawan akan siap bertarung hingga mati, namun jika dihadapi dengan kelembutan, akan segera luluh dan tenang.

Dia lalu menjadi mahasiswa baik, yang ikut semua aturan. Seusai pelonco, dia bahkan menjadi aktivis mahasiswa yang menonjol. Dia pun bersahabat sangat dekat dengan Farid Husain dan Saman Kalla.

Kehidupan memang menyimpan banyak misteri. Seorang anak yang dahulu bengal dan suka berkelahi menjadi dokter yang siap siaga di segala bencana. Di sela-sela tugas sebagai Rektor Unhas, dia mendatangi semua lokasi bencana demi memenuhi panggilan nurani kemanusiaannya. Dia meletakkan kemanusiaan sebagai kompas yang menggerakkan langkah kakinya.

HALAMAN SELANJUTNYA -->

>> Baca Selanjutnya