JAKARTA, UNHAS.TV - Fenomena Jam Koma menjadi tren dunia maya di Generasi Z (Gen Z). Apa sebenarnya fenomena itu? Serta, bagaimana penyebab dan dampaknya?
Jam Koma merujuk pada waktu-waktu generasi Z mengalami rasa lelah fisik dan lelah mental setelah melakukan serangkaian kegiatan yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Jam koma ini biasa terjadi pada saat pulang kerja atau pulang kuliah antara sore hari hingga tengah malam.
Kelelahan kognitif ini terjadi ketika sumber daya mental seseorang terkuras sehingga membuat mereka sulit untuk terus fokus atau berpikir secara jernih. Maka, jam koma ini pun sering dikaitkan dengan fenomena brain fog yang membuat otak sulit berkonsentrasi.
Dosen psikologi Universitas Hasanuddin Makassar, Dwiana Fajriati Dewi, menyebutkan, dalam psikologi, fenomena jam koma terkait dengan kondisi stres.
Pada konteks mahasiswa, jam koma biasanya disebabkan karena tugas kuliah yang kompleks, istirahat yang kurang, tekanan emosional, dan rutinitas yang monoton.
Menurut Dwiana, fenomena ini jika dibiarkan akan berdampak pada kondisi psikologis seperti penurunan kinerja, produktivitas yang leebih rendah, kualitas pekerjaan yang buruk, penurunan kemampuan sosial, hingga yang paling berbahaya adalah menganggu kesehatan mental berupa depresi.
"Biasanya pada mahasiswa terjadi jika ada beban akademik yang berat. Stress itu semakin berat biasa ke arah depresi," ujarnya.
Dwiana menuturkan, kondisi jam koma atau stres adalah wajar sehingga perlu strategi menghadapinya. Ada beberapa langkah mengatasi jam koma, terutama jika terjadi pada mahasiswa.
Dwiana menyarankan beberapa langkah antara lain manajemen waktu dengan membuat skala prioritas, menjaga asupan makanan, meningkatkan mutu tidur, dan memperbanyak kegiatan fisik seperti olahraga.
Mereka yang mengalami jam koma perlu pendampingan agar mereka terhindari dari kondisi ini. Pendampingan bisa dilakukan melalui teman yang selalu berpikir dan bertindak positif.(*)
Zulkarnaen (Unhas TV)