MAKASSAR, UNHAS.TV - Pusat Disabilitas (Pusdis) Universitas Hasanuddin berkolaborasi dengan komunitas Indonesia’s Sketchers Makassar menggelar Kelas Sketsa Inklusif bertajuk kreativitas tanpa batas terpancar dari ruang Unhas Hotel and Convention, Selasa (7/10/2025).
Kegiatan Kelas Sketsa Inklusif tersebut menjadi bagian dari rangkaian Festival Titik Koma 2025, yang berlangsung selama empat hari, 7–10 Oktober.
Kelas sketsa ini dirancang untuk memberikan ruang ekspresi bagi penyandang disabilitas, relawan Pusdis, serta komunitas seni. Mereka belajar menggambar bersama tanpa sekat, saling berbagi inspirasi dan pengalaman melalui media visual.
Koordinator Indonesia’s Sketchers Makassar, Shanti Yani, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan pengalaman pertama komunitasnya berkolaborasi dengan Pusdis Unhas.
Menurutnya, kegiatan tersebut bukan hanya ajang berbagi keterampilan seni, tetapi juga upaya membangun kesetaraan dalam berekspresi.
“Kami sangat antusias melihat semangat teman-teman di sini. Kami percaya bahwa berkarya dan bercerita lewat gambar adalah hak semua kalangan, tanpa perbedaan,” ujar Shanti.
“Kami ingin menumbuhkan rasa percaya diri bahwa semua orang bisa berkarya bersama. Kita duduk sama rata, berdiri sama tinggi. Dari satu titik, kita mulai membuat garis yang akhirnya menjadi gambar,” tambahnya.
Indonesia’s Sketchers Makassar merupakan bagian dari komunitas nasional Indonesia Sketchers, yang berpusat di Jakarta. Komunitas ini rutin mengadakan sketch gathering setiap bulan di berbagai ruang publik seperti taman kota, bangunan bersejarah, hingga galeri budaya.
Suasana keakraban tampak mewarnai kegiatan kelas sketsa di Unhas. Peserta diajak mempelajari dasar-dasar sketsa, mengamati lingkungan sekitar, dan menuangkannya dalam bentuk visual.
Tak ada batasan antara penyandang disabilitas dan peserta umum, semua larut dalam semangat yang sama: menggambar dan bercerita melalui goresan tangan.
Salah satu peserta, Muhammad Nurlail Wira Adiyatma, mahasiswa Universitas Negeri Makassar sekaligus anggota Indonesia’s Sketchers Makassar, mengaku mendapatkan pengalaman berharga dari kegiatan tersebut.
“Kegiatannya seru banget. Selain belajar sketsa, saya juga sempat ikut simulasi di ruang skizofrenia. Itu pengalaman baru yang bikin saya paham bagaimana cara pandang dan pendengaran mereka yang hidup dengan kondisi itu,” ungkapnya.
Kegiatan ini diikuti sekitar 30 peserta, terdiri atas penyandang disabilitas, relawan Pusdis, panitia Festival Titik Koma, serta anggota komunitas seni dari berbagai latar belakang.
Melalui kelas ini, para peserta diharapkan tidak hanya mengasah kemampuan menggambar, tetapi juga menumbuhkan empati dan pemahaman terhadap keberagaman pengalaman manusia.
Selain kelas sketsa, Festival Titik Koma juga menampilkan berbagai agenda lain seperti art therapy, seminar kesehatan mental, kelas dongeng, terapi puisi, dan pameran foto.
Seluruh rangkaian kegiatan ini menjadi wujud nyata komitmen Pusdis Unhas dalam membangun kampus inklusif yang mendukung kesehatan mental, kreativitas, dan kesetaraan bagi semua.
Dengan tema “Goresan Tanpa Batas,” kegiatan ini menjadi simbol bahwa seni mampu menjembatani perbedaan dan membuka ruang pertemuan yang setara bagi siapa saja, tanpa batas, tanpa koma.
(Zahra Tsabitha Sucheng / Unhas.TV)