Unhas Speak Up

Guru Besar FEB Unhas Bahas Rupiah Digital




Namun peralihan ke uang digital bukan hal yang bisa dipaksakan. "Ini soal preferensi," ujar Marsuki. "Ada orang masih senang memegang uang fisik. Dan itu tak bisa disalahkan. Tapi kita harus pelan-pelan mendidik masyarakat."

Persoalan Besar: Keamanan dan Infrastruktur

Ketika bicara tentang infrastruktur, suara Marsuki meninggi. "Negara kita kepulauan. Akses internet belum merata. Bagaimana mau pakai rupiah digital kalau sinyal saja masih jadi barang mewah di banyak daerah?"

Yang lebih mencemaskan adalah serangan siber. "Saya tahu satu bank lokal di Sulsel yang diserang 900 kali oleh peretas. Bayangkan. Serangan itu datang dari Eropa, Amerika Latin, bahkan dari dalam negeri," ungkapnya. Bagi Marsuki, keamanan digital bukan tantangan, tapi persoalan nyata yang harus dihadapi dengan serius.

Rupiah digital bisa mengganggu peran bank konvensional. Jika masyarakat langsung menyimpan uang digital di akun bank sentral, maka simpanan di bank umum bisa berkurang. Dampaknya, kemampuan bank memberi kredit menurun, dan itu bisa mengancam ekonomi.

Solusinya, menurut Marsuki, adalah two tier model, di mana bank sentral tetap mencetak uang digital, tapi distribusinya dilakukan lewat bank umum dan lembaga keuangan yang dipercaya. Dengan begitu, bank tetap punya peran. "Transformasi ini perlu waktu. Mungkin dua sampai tiga tahun. Tapi kalau tidak hati-hati, bisa memicu PHK dan memperlemah sektor perbankan."

Marsuki menyebut dunia akademik sebagai salah satu aktor kunci dalam transformasi digital ini. "Unhas harus di garda depan. Kita bisa mengedukasi masyarakat, bantu riset, dan jadi mitra pemerintah dalam membentuk literasi publik."

Menurutnya, seluruh fakultas dari ekonomi, kedokteran, pertanian, hingga teknik, semuanya bersinggungan dengan sistem keuangan. "Karena semua butuh uang, semua akan bersentuhan dengan digitalisasi," ujarnya, sembari tersenyum.

Ekonomi yang Lebih Terkoneksi

Bagaimana wajah Indonesia jika rupiah digital berhasil? "Transaksi lintas negara lebih efisien. Investasi meningkat. Korupsi ditekan. Pemerintah bisa menyalurkan bantuan sosial secara tepat sasaran. Dan bank nasional bisa terkoneksi lebih kuat dengan sistem keuangan global," papar Marsuki.

Rupiah digital, menurutnya, bisa jadi jalan untuk mengangkat derajat rupiah di mata dunia. "Ini bukan soal uang semata. Ini soal martabat bangsa."

Ia menatap kamera, lalu berkata dengan penuh keyakinan, "Saya percaya, rupiah digital bukan hanya alat tukar. Ia adalah simbol bahwa kita siap memasuki babak baru ekonomi Indonesia. Lebih adil, lebih tangguh, dan lebih berdaulat."