
Namun, di Indonesia, cakupan vaksinasi masih terbatas. Pemerintah telah memulai program vaksinasi gratis untuk anak perempuan usia 9 hingga 14 tahun, tetapi banyak daerah belum terjangkau. "Padahal, vaksin ini paling efektif diberikan sebelum seseorang aktif secara seksual," kata dr. Irma.
Selain vaksinasi, gaya hidup sehat juga berperan dalam pencegahan. Menghindari rokok, menjaga kebersihan area genital, serta setia pada satu pasangan seksual dapat mengurangi risiko terpapar HPV. "Faktor risiko lainnya adalah menikah atau berhubungan seksual di usia terlalu muda, karena saat itu sel-sel di leher rahim masih rentan terhadap infeksi," tambahnya.
Deteksi Dini: Menyelamatkan Nyawa
Selain vaksinasi, deteksi dini melalui pap smear atau tes HPV genotyping bisa menjadi penyelamat. "Jika ditemukan pada tahap pra-kanker, angka kesembuhannya bisa mencapai 90 persen," ujar dr. Irma.
Tapi kesadaran masyarakat masih rendah. Banyak perempuan yang baru datang ke dokter ketika gejala sudah parah. "Perdarahan setelah berhubungan seksual, keputihan berbau, atau nyeri panggul adalah tanda bahaya. Sayangnya, saat itu biasanya kanker sudah memasuki stadium lanjut," katanya.
Di Rumah Sakit Unhas, terapi kemoradiasi menjadi andalan bagi pasien kanker serviks stadium lanjut. "Terapi ini menggabungkan kemoterapi dan radiasi. Ini satu-satunya pilihan bagi pasien yang tidak bisa dioperasi," jelas Dr. Irma.
Perjuangan yang Tidak Sendiri
Kembali ke ruang tunggu rumah sakit, Siti masih menunggu gilirannya. Ia tidak sendiri. Ada banyak perempuan lain yang mengalami nasib serupa. Beberapa masih muda, bahkan ada yang baru berusia 30-an.
Ketika ditanya apa yang ia harapkan, Siti hanya ingin sembuh. "Saya ingin lebih banyak perempuan tahu bahwa kanker serviks bisa dicegah. Kalau saya tahu dari dulu, mungkin saya tidak akan mengalami ini," katanya.
Dr. Irma berharap semakin banyak perempuan sadar akan pentingnya vaksinasi HPV dan deteksi dini. "Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Jangan tunggu sampai terlambat," pesannya.
Di tengah antrean panjang di rumah sakit, di balik wajah-wajah lelah para pasien, ada satu harapan yang sama: masa depan yang lebih sehat, bebas dari kanker serviks.