Opini

OPINI: Jangan Ikuti Shin Tae-yong

Pemain Timnas Indonesia

Setelah identifikasi, pelatih Shin dan Lee membuat daftar latihan. Porsi utama latihan adalah fisik. Rapor semua pemain dipantau. Mereka ditargetkan bisa bermain keras dan tahan banting saat di lapangan.

Para pemain diberikan weight training. Postur tubuh membesar. Kemampuan juga terus membaik. Pemain timnas diminta kurangi karbohidrat, perbanyak makan sayuran dan protein. Pemain juga dilarang makan gorengan, sebab di situ ada lemak-trans yang tidak baik bagi tubuh. Idealnya, pemain bola hanya memiliki persentase lemak tubuh sebesar 6 – 12 persen.

Fisik pemain mulai membaik. Rata-rata lemaknya sudah di kisaran 6-12 persen, mirip dengan pemain Korea. Saat itulah, pelatih Shin mulai mengajarkan filosofi bermain bola, juga strategi menang, sesuatu yang hilang di timnas Indonesia selama bertahun-tahun.

Perlahan, hasilnya mulai terlihat. Satu hal paling menonjol pada timnas di era Pelatih Shin adalah kemampuan bermain hingga 90 menit plus babak pertambahan waktu. Pemain timnas mengingatkan pada sosok Park Ji Sung, legenda Korea yang tak pernah mengenal lelah hingga dijuluki Oxygen Tank semasa bermain di Manchester United.

Di ajang Piala Asia U-23, Shin sempat bersedih saat harus menghadapi Korea, negara asalnya yang pernah “membuangnya.” Dia mengatakan: “Sejujurnya saya merasa senang, tetapi pada saat yang sama saya juga merasa sedikit sedih. Bagaimanapun pemenang sudah ditentukan. Sekarang saya sedang mengambil tanggung jawab sebagai pelatih Timnas Indonesia U-23, jadi saya melakukan yang terbaik untuk itu,”katanya.

Dia tak ingin selebrasi. Dia diam saat saat semua bersorak-sorai. Dia mendatangi bench pemain Korea dan menyalami semua orang. Untuk hal satu ini, publik tak ingin diam sebagaimana dirinya. Semua anak negeri bersorak-sorai dan merayakan kemenangan. Tak ada yang mau ikut dirinya dengan tanpa ekspresi. Saatnya bersorak.

Dia merasakan sesuatu yang beda antara Korea dan Indonesia. Dia merinding saat merasakan atmosfer sepakbola. Di Korea, dia tidak dianggap. Tapi di Indonesia, semua orang mengelu-elukannya.

Untuk pertama kalinya, namanya diteriakkan seusai Indonesia menang. Dia terharu melihat antusiasme ribuan orang yang berdatangan ke stadion dan tak lelah memberi dukungan.

Dia terkejut melihat sekitar 5.000 orang mendatangi Stadion Abdullah bin Khalidah di Qatar. Ribuan kilometer dari Indonesia, stadion itu dipenuhi para pekerja migran, para buruh, para mahasiswa, para pekerja, hingga mereka yang mengukir merah putih di dadanya.

Di stadion itu semua orang menyebut namanya. Malah, beberapa penonton membawa poster besar bergambar dirinya, serta terdapat tulisan: “Shin Tae Yong, Korea’s Best Export. Sorry Samsung.”

Dia terharu. Publik lebih terharu atas sejumput kebanggaan yang dia sematkan di lambang garuda. Biarkan publik tidak mengikuti dirimu yang tenang dan menolak selebrasi. Publik ingin pesta dan merayakan sejarah baru ini. Thanks Coach. See you in Paris!

*Yusran Darmawan adalah blogger, peneliti, dan digital strategist.