Oleh: Yusran Darmawan*
Di era politik 5.0, peran juru bicara (jubir) seorang kandidat pilkada amatlah penting. Namun, peran jubir digital perlahan menggantikan jubir konvensional. Jubir digital memimpin orkestrasi wacana untuk memenangkan kandidat, membaca riset, dan melahirkan varasi konten yang membidik berbagai segmen masyarakat.
Sementara jubir konvensional, atau jubir manusia, lebih sering menonjolkan dirinya ketimbang kandidatnya, lebih banyak tengkar di media sosial, serta lebih banyak pansos ketimbang memenangkan kandidatnya.
Bagaimana kiat membangun jubir digital?
^^^
Di Studio Unhas TV di kota Makassar, saya jumpa bapak itu. Dia adalah salah seorang kandidat kepala daerah di satu daerah di Jawa Barat. Dia sudah mengantongi rekomendasi partai. Hari itu, kami berbincang banyak.
Dia tak basa-basi. Dia langsung to the point. Dia langsung membuka pertanyaan: “Berapa biaya yang diperlukan untuk membangun laskar digital dan jubir digital?” Saya terhenyak. Sekian detik berikutnya, saya balik bertanya, “Berapa yang bapak sanggupi?”
Di awal reformasi, semua politisi amat gandrung dengan pendekatan survei politik. Survei menjadi satu metode yang digunakan semua politisi, partai, hingga berbagai lembaga. Survei menjadi kompas bagi strategi politik dan pemenangan kandidat.
Namun sejak pilpres tahun 2014, bertambah lagi amunisi yang harus dilengkapi. Bukan sekadar survei, tetapi juga laskar media sosial. Publik menyaksikan bagaimana media sosial menjadi arena tempur bagi semua kubu politik. Di setiap kanal medsos, butuh para juir digital untuk mengampanyekan pesan.
Internet sudah menjadi front pertempuran yang harus dimenangkan. Semua gerilya, mencari massa, membidik target, hingga mengeluarkan bujuk rayu di medsos. Berbagai konten, mulai dari konten positif hingga hoaks juga direproduksi di media sosial. Semuanya dipakai untuk menang.
Kini daya jelajah seorang politisi dan tim kampanye akan sangat terbatas. Di pilkada ini, pengolahan konten dan informasi akan menjadi jantung utama yang menggerakkan semua kerja-kerja politik. Jika informasi dikemas dengan baik, maka kemenangan berada di depan mata. Untuk itu butuh satu strategi yang matang.