Makassar

Kenali Sampah, Sayangi Bumi: Dari Takalar untuk Masa Depan yang Bersih

Suasana interaktif pada sesi edukasi lingkungan di SD Inpres 182 Bonto-Bonto, di mana mahasiswa FKM Unhas mengajak siswa-siswi kelas V dan VI belajar memilah sampah melalui permainan edukatif yang menyenangkan dalam rangka pengabdian masyarakat bertema “Ayo Kenali Sampahku”.Ketika anak-anak belajar memilah sampah, mereka sesungguhnya sedang memilah masa depan—antara bumi yang kotor dan bumi yang terjaga. Pengabdian kecil hari ini adalah investasi besar untuk generasi yang lebih sehat, lebih peduli, dan lebih berdaya. Suasana interaktif pada sesi edukasi lingkungan di SD Inpres 182 Bonto-Bonto, di mana mahasiswa FKM Unhas mengajak siswa-siswi kelas V dan VI belajar memilah sampah melalui permainan edukatif yang menyenangkan dalam rangka pengabdian masyarakat bertema “Ayo Kenali Sampahku”.Ketika anak-anak belajar memilah sampah, mereka sesungguhnya sedang memilah masa depan—antara bumi yang kotor dan bumi yang terjaga. Pengabdian kecil hari ini adalah investasi besar untuk generasi yang lebih sehat, lebih peduli, dan lebih berdaya.



TAKALAR, UNHAS.TV – Di sebuah sudut desa di pesisir selatan Sulawesi, tumpukan sampah bisa menjadi pelajaran berharga. Di tangan anak-anak SD Negeri Inpres 182 Bonto-Bonto, Kecamatan Mangarabombang, sampah bukan lagi sekadar sisa yang dibuang, tetapi materi pembelajaran yang mengajarkan tanggung jawab, kesehatan, dan kecintaan kepada bumi.

Dalam kegiatan “Ayo Kenali Sampahku: Edukasi Pengenalan dan Pengkategorian Sampah Sejak Dini”,(1/10) mahasiswa Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) mengajak 30 siswa kelas V dan VI untuk mengenal dunia persampahan secara ilmiah, kreatif, dan interaktif. Program ini adalah wujud pengabdian masyarakat dalam rangka Dies Natalis Ke-43 FKM Unhas yang bertujuan membentuk generasi muda yang berperilaku bersih, sehat, dan ramah lingkungan.

Dengan metode penyuluhan yang sederhana namun menyentuh, para siswa belajar membedakan sampah organik, anorganik, dan B3. Mereka dikenalkan pada poster edukatif dan diajak bermain kuis interaktif seputar lingkungan—belajar sambil bermain yang menyejukkan jiwa. Hasil pre-test dan post-test membuktikan peningkatan pengetahuan yang signifikan, mencerminkan keberhasilan metode edukasi yang aplikatif dan humanis.

Foto bersama tim pengabdian masyarakat FKM Unhas dengan para guru dan siswa SD Inpres 182 Bonto-Bonto setelah rangkaian kegiatan edukasi lingkungan dan praktik pemilahan sampah.Edukasi memilah sampah sejak dini bukan hanya melatih keterampilan, tetapi membangun karakter lintas generasi—bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari menjaga martabat manusia.
Foto bersama tim pengabdian masyarakat FKM Unhas dengan para guru dan siswa SD Inpres 182 Bonto-Bonto setelah rangkaian kegiatan edukasi lingkungan dan praktik pemilahan sampah.Edukasi memilah sampah sejak dini bukan hanya melatih keterampilan, tetapi membangun karakter lintas generasi—bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari menjaga martabat manusia.


Kegiatan ini tak hanya menanamkan kebiasaan positif sejak dini, tetapi juga menghidupkan harapan bahwa anak-anak kecil di Takalar mampu menjadi agen perubahan di lingkungannya: membawa pulang kebiasaan memilah sampah ke rumah, menularkan semangat menjaga kebersihan kepada keluarga, dan berkontribusi bagi bumi yang lebih sehat. Program ini sejalan dengan cita-cita Sustainable Development Goals (SDGs) dan Asta Cita Pemerintah Indonesia dalam menciptakan generasi unggul, peduli, dan berdaya saing.

Satu kesadaran yang tumbuh hari ini, bisa jadi membawa perubahan besar di masa depan. Dari selembar kertas bekas hingga kulit buah yang membusuk, sampah mengajarkan kita untuk peduli. Dan dari tangan-tangan kecil inilah, bumi punya kesempatan untuk tersenyum lebih lama.(*)