MAKASSAR, UNHAS.TV - Serangan roket yang menghantam wilayah Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan, menimbulkan ketakutan warga Israel karena untuk pertama kalinya sejak 2006, serangan itu bisa menimbulkan banyak korban.
Serangan itu menewaskan 12 anak-anak dan remaja dan menimbulkan keduaan yang mendalam. Ribuan orang ikut mengiringi pemakaman korban.
Pihak Universitas Haifa menyebutkan, jika serangan ini berlanjut, bukan tidak mungkin pihak kampus akan jadi sasaran empuk karena letaknya hanya berjarak 50 kilometer dari pertabatasan Israel dan Lebanon.
Demi menghindari korban bertambah, perkuliahan diliburkan dan diganti menjadi perkuliahan daring. "Perang terakhir melawan Hizbullah pada 2006 dan bom menjangkau wilayah Haifa. Ini tentu peristiwa berbahaya. Jika Hizbullah ingin menghancurkan Israel dan rakyat Yahudi, kami tentu tidak akan diam," kata Esther Parpara, anggota staf universitas sebagaimana dikutip dari BBC.
Setelah serangan itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mempercepat jadwal kepulangannya dari Amerika Serikat. Ia berjanji akan memberikan balasan yang amat perih kepada Hizbullah yang didukung oleh Iran.
Hizbullah membantah pihaknya terlibat pada serangan itu. Hizbullah justru menuding bahwa roket itu dari Iron Dome milik Israel yang salah sasaran. Hizbullah yakin Israel hendak cuci tangan setelah membunuh rakyatnya.
Namun, pejabat Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, tidak percaya pernyataan Hizbullah dan menyatakan Hizbullah berbohong.
"Dia (Hasan Nasralllah, pimpinan Hizbullah) akan merasakan balasan kami, Dia akan bayar dengan kepalanya," kata Netanyahu.
Majdal Shams berada di Dataran Tinggi Golan. Awalnya ini adalah wilayah milik Suriah namun diambil paksa oleh Israel pada 1967. Hingga ini, Dataran Tinggi Golan masuk dalam wilayah Israel.(*)