JENEPONTO, UNHAS.TV – Di tengah hiruk pikuk upaya pencegahan stunting di Indonesia, sebuah inisiatif sederhana namun berdampak nyata tengah bergulir di Kelurahan Tamanroya, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto. Para mahasiswa Praktik Belajar Lapangan (PBL) II dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas) baru saja merampungkan evaluasi program makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang menyasar langsung jantung keluarga: ibu hamil, ibu balita, dan kader kesehatan setempat.
Program ini bukan sekadar teori di atas kertas. Sebelumnya, para mahasiswa telah terjun langsung memberikan edukasi dan demonstrasi masak, membimbing ibu-ibu dan kader tentang bagaimana meracik MP-ASI yang tidak hanya lezat, tetapi juga kaya gizi dan aman. Kini, tibalah saatnya melihat seberapa jauh pemahaman dan keterampilan itu meresap.
Menjemput Perubahan dari Pintu ke Pintu
Pada Selasa sore, 24 Juni 2025, antara pukul 16.00 hingga 18.00 WITA, Kelurahan Tamanroya menjadi saksi evaluasi yang dilakukan secara door-to-door. Bukan di aula atau kelas, melainkan langsung di rumah-rumah peserta yang telah antusias mengikuti program. Pendekatan personal ini memungkinkan mahasiswa Posko 31 untuk benar-benar memahami tantangan dan keberhasilan setiap keluarga.
Evaluasi dilakukan melalui serangkaian metode yang komprehensif: pengisian post test untuk mengukur pemahaman teori, observasi praktik langsung saat peserta menjelaskan atau menunjukkan persiapan MP-ASI, hingga diskusi mendalam tentang pengalaman mereka. Setiap interaksi dipandu dengan fokus pada pentingnya gizi seimbang, terutama selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), periode emas yang menentukan tumbuh kembang optimal anak.
Merangkai Pengetahuan dari Nol
Sebelum program edukasi ini, data awal dari pre test menunjukkan bahwa banyak ibu hamil di Tamanroya belum sepenuhnya memahami urgensi pemberian MP-ASI pada usia 6 bulan dengan komposisi gizi yang tepat. Ini adalah celah pengetahuan yang perlu diisi. Maka, sesi edukasi dan demonstrasi memasak menjadi jembatan penting.
Para peserta diperkenalkan pada beragam resep MP-ASI yang bahan-bahannya mudah didapat secara lokal, terjangkau, dan tentu saja, kaya nutrisi. Resep-resep ini tidak hanya diajarkan, tetapi juga dibagikan dalam bentuk buku panduan agar dapat terus menjadi referensi di rumah. Harapannya, pengetahuan ini tak hanya berhenti pada saat demonstrasi, melainkan menjadi bekal berkelanjutan.
Sinergi Harapan dan Hasil Nyata
Hasil evaluasi menunjukkan angin segar. Pengetahuan dan keterampilan peserta dalam menyusun serta menyiapkan MP-ASI menunjukkan peningkatan signifikan. Salah satu peserta, Ibu Nursiah, mengungkapkan perasaannya dengan lugas. "Saya sekarang lebih mengerti pentingnya variasi bahan makanan dan cara memasak yang benar agar gizinya tidak hilang," katanya, sembari menambahkan bahwa ia kini merasa lebih percaya diri dalam menyiapkan makanan sehat untuk buah hatinya.
Program semacam ini secara langsung berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pada poin ke-2, "Nol Kelaparan," dan poin ke-3, "Kehidupan Sehat dan Sejahtera." Dengan memberdayakan masyarakat melalui edukasi yang relevan dengan kebutuhan lokal dan partisipasi aktif, inisiatif ini diharapkan mampu menekan angka stunting dan pada gilirannya, memperkuat ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.
Mahasiswa FKM Unhas optimis bahwa temuan dari evaluasi ini dapat menjadi model bagi intervensi gizi berbasis masyarakat yang efektif di daerah lain. Sinergi antara edukasi yang sistematis, pembentukan keterampilan praktis, dan praktik langsung di lapangan, terbukti menjadi kunci dalam menumbuhkan kesadaran serta mendorong perubahan perilaku menuju pola makan yang lebih sehat dan seimbang, terutama bagi generasi penerus bangsa.