MAKASSAR, UNHAS.TV - Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin menggelar pertemuan strategis bersama dua universitas terkemuka asal Cina, yaitu Shanghai Ocean University (SHOU) dan Guangdong Ocean University, di Ruang Sidang Lantai 2, FIKP Unhas, Selasa (19/06/2025).
Pertemuan ini menjadi tindak lanjut dari kerja sama internasional yang telah terjalin, khususnya dalam bidang riset kelautan, pengembangan sumber daya manusia, dan pelaksanaan tridarma perguruan tinggi.
Fokus utama diskusi kali ini mencakup penguatan proyek riset terumbu buatan (artificial reef) dan memperkaya habitat biota laut (sea ranching) di kawasan Kepulauan Spermonde, khususnya di Pulau Bonetambung.
Salah satu dosen dan peneliti FIKP Unhas, Prof Dr Shinta Werorilangi MSc menyebut kerja sama ini melibatkan seluruh aspek tridarma perguruan tinggi.
“Kolaborasi ini di bidang penelitian, khususnya artificial reef dan sea racnhing. Kita juga memperkuat masyarakat lokal di tempat penelitian kita di Pulau Bonetambung," kata Shinta.
"Selain itu FIKP Unhas juga mengirim mahasiswa S2 dan S3; ada 4 kandidat yang akan dikirim ke Shanghai Ocean University tahun depan,” jelasnya.
Ia juga menyebut bahwa saat ini sudah ada peneliti dan mahasiswa dari mitra Cina yang hadir di lokasi untuk membantu implementasi riset, serta mahasiswa Unhas yang tengah studi di Tiongkok pun turut dilibatkan dalam kegiatan di Pulau Bonetambung.
Perwakilan lainnya dari FIKP Unhas, Dr Syafyudin Yusuf menjelaskan secara teknis kegiatan di lapangan yang telah dilakukan di Pulau Bonetambung.
Proyek utama mereka adalah memperkaya habitat terumbu karang di kawasan yang rusak akibat aktivitas manusia.

KERJA SAMA. FIKP Unhas gandeng dua kampus terkemuka China yakni Shanghai Ocean University (SHOU) dan Guangdong Ocean University. (dok unhas.tv)
“Kami menurunkan 250 struktur beton berbentuk segiempat yang memiliki lubang-lubang untuk tempat ikan makan, bertelur, dan berlindung," ujarnya.
"Proyek ini telah memberikan dampak pada lingkungan, biodiversitas laut, dan meningkatkan tangkapan masyarakat—seperti ikan, cumi-cumi, dan sotong,” terang Syafyudin.
Ia menambahkan bahwa pemantauan yang dilakukan sejak Februari hingga Juni 2025 menunjukkan peningkatan jumlah dan jenis biota laut.
Rencana selanjutnya adalah melakukan restorasi terumbu karang menggunakan model reef star, yang sempat diperlihatkan langsung pada kesempatan ini.
Sementara itu, Pemimpin Proyek Artificial Reef and Sea Ranching SHOU, Prof Zou Leilei menegaskan bahwa proyek ini menjadi bagian dari hubungan diplomatik Indonesia-Tiongkok yang tahun ini memasuki usia ke-75.
“Kami berharap kerja sama ini meningkatkan kualitas SDM riset di FIKP Unhas. Kami sudah berdiskusi banyak dan mengunjungi langsung area terumbu buatan. Dampaknya sangat nyata. Kami juga mewawancarai masyarakat sekitar dan melihat langsung manfaatnya,” tutur Prof Leilei.
Delegasi lainnya dari SHOU, Prof Liu Bilin menyoroti pentingnya kolaborasi riset ini untuk mendukung agenda global dalam restorasi laut.
“Penelitian ini diharapkan memperkuat riset di bidang restorasi terumbu karang, pengayaan habitat laut, dan restocking spesies langka.
"Kami juga memberikan pelatihan untuk peningkatan kapasitas SDM, yang telah dilakukan dan akan dilanjutkan secara baik secara langsung maupun hybrid,” ujar Prof Bilin.
(Iffa Aisyah Rahman / Unhas.TV)