MANCHESTER, UNHAS.TV - Hujan deras di Etihad belum reda ketika Arne Slot meninggalkan lapangan dengan wajah masam, Malam (9/11/2025) atau Senin (10/11/2025) dinin hari.
Kekalahan 3–0 dari Manchester City sudah cukup pahit, tapi yang membuat pelatih Liverpool itu semakin gusar adalah satu momen di babak pertama: gol sundulan Virgil van Dijk yang dianulir VAR.
Momen itu seolah menambah panjang daftar kontroversi yang, entah kebetulan atau tidak, selalu berakhir menguntungkan City.
Sudah tiga musim berturut-turut, tim asuhan Pep Guardiola menikmati keputusan serupa di bawah sorotan sistem video asisten wasit.
Kronologi dianulirnya gol van Dijk sederhana namun rumit di mata publik. Skor masih 1–0 untuk City ketika tendangan sudut Mohamed Salah mengarah tepat ke kepala Van Dijk.
Bek asal Belanda itu menyundul bola ke gawang Gianluigi Donnarumma, memantik sorak dari kubu merah di tribune tim tamu. Namun beberapa detik kemudian, bendera asisten wasit terangkat. VAR memeriksa.
Hasilnya gol dianulir. Bukan karena Van Dijk offside, melainkan karena Andy Robertson yang berdiri di posisi offside dianggap “mengganggu pandangan kiper”, meski tak menyentuh bola sama sekali.
Bagi pelatih Lliverpool Arne Slot, keputusan itu mengundang tanya besar. “Menurut saya, jelas salah. Robertson tidak mengganggu apa pun yang dilakukan kiper,” ujar Slot dalam konferensi pers seusai laga.
“Lucunya, saya baru ditunjukkan video pertandingan musim lalu, gol yang identik justru disahkan untuk City melawan Wolves. Wasitnya pun sama,” ujarnya.
Pola yang Terulang
Yang dimaksud Slot bukan sembarang klaim. Musim lalu, pada laga melawan Wolverhampton Wanderers, City menang lewat gol telat John Stones.
Dalam tayangan ulang, Bernardo Silva terlihat berdiri dalam posisi offside dan tampak menghalangi kiper Jose Sa. Namun setelah pemeriksaan panjang, VAR mengesahkan gol tersebut.
Dua tahun sebelumnya, kasus hampir serupa terjadi. September 2023, Nathan Ake mencetak gol kemenangan atas Fulham.
Para pemain Fulham protes keras karena bek City, Manuel Akanji, dianggap mengganggu permainan meski dalam posisi offside. VAR kembali berpihak pada City, membiarkan gol tetap sah.
Tiga musim, tiga pertandingan, dan tiga keputusan kontroversial yang semuanya menguntungkan tim biru langit. Tak heran jika Slot merasa frustrasi melihat pola yang berulang. “Sulit untuk tidak melihatnya sebagai ketidakkonsistenan,” katanya lirih.
Pep dan Ketegangan Abadi
Di sisi lain, Pep Guardiola tampak enggan memperpanjang debat. Dalam konferensi persnya, ia memilih berbicara soal performa tim yang “mendominasi dari awal hingga akhir”.
Namun ekspresinya di pinggir lapangan ketika VAR menolak gol Liverpool cukup banyak bicara: satu kepalan tangan kecil, satu napas lega.
City memang tampil luar biasa malam itu. Gol-gol dari Haaland, González, dan Doku memastikan kemenangan di laga ke-1.000 Guardiola sebagai pelatih.
Tapi bayang-bayang VAR membuat kemenangan ini terasa seperti pengulangan kisah lama — di mana City menang besar, tapi headline besok paginya bukan soal strategi Pep, melainkan keputusan wasit.
Teknologi yang diperkenalkan untuk “membuat sepak bola lebih adil” itu kini justru menjadi sumber perdebatan abadi.
Sejak diperkenalkan di Premier League pada 2019, VAR telah memicu lebih dari seratus insiden kontroversial, dengan interpretasi aturan yang kerap berubah antarpekan.
Kasus City-Liverpool kali ini memperlihatkan masalah paling klasik, yakni apa arti dari “mengganggu permainan”? Robertson tidak menutupi pandangan Donnarumma, tapi berada di jalur bola.
Dalam interpretasi baru, posisi itu cukup untuk membatalkan gol. Namun ketika kasus serupa menimpa tim lain, keputusan sering kali berbeda.
Bagi Slot, yang baru satu musim melatih di Inggris, itu adalah pelajaran mahal tentang sepak bola modern. “Mungkin saya masih harus belajar bahasa VAR Inggris,” ujarnya setengah sarkastik.
Sementara Liverpool meradang, City melaju. Dengan kemenangan ini, mereka memperpendek jarak dari Arsenal dan menjaga peluang merebut gelar ke-13 bagi Pep Guardiola. Tapi bagi sebagian penonton netral, kemenangan itu terasa menyisakan noda.
Di tribun media, seorang wartawan menulis cepat di laptopnya: “City menang, tapi VAR lagi-lagi jadi pemenang utama.” Kalimat itu, seperti musim-musim sebelumnya, terdengar terlalu akrab di telinga publik sepak bola Inggris.
Tiga musim berturut-turut. Tiga keputusan yang mirip. Dan satu pertanyaan yang tak kunjung reda: apakah keberuntungan City dengan VAR hanya kebetulan — atau bagian dari takdir biru langit yang selalu berpihak?
Kapten Liverpool Gol Virgil van Dijk mencetak gol ke gawang Manchester City yang kemudian dianulir wasit, Minggu (9/11/2025) malam. (screenshot the sun)



-300x200.webp)




