MAKASSAR, UNHAS.TV - Banyak teori menjelaskan mengapa kulit manusia keriput setelah terendam lama di dalam air.
Dua teori utama adalah teori osmosis dan teori respon tubuh terhadap dingin. Penjelasan berikut mengupas lebih dalam tentang fenomena ini dan dampaknya pada tubuh.
Penelitian menunjukkan bahwa kulit manusia keriput setelah terendam di dalam air disebabkan oleh beberapa faktor.
Teori pertama adalah teori osmosis. Teori ini menyatakan bahwa air dari tubuh manusia mungkin keluar dan terisap oleh air di sekitar kita.
Ini menyebabkan jaringa kulir mengkerut. Namun teori ini mendapat bantahan karena keriput tidak terjadi pada jaringan dengan syaraf yang rusak.
"Teori lain yang lebih kuat adalah respon tubuh terhadap dingin. Ketika kita berendam di dalam air dingin, tubuh kita berusaha menjaga suhu internal tubuh tetap stabil sekitar 36-367,5 derajat Celsius," kata Ketua Konsentrasi Fisiologi S2 Biomedik Pascasarjana Unhas, dr M Aryadi Arsyad MBiomedSc PhD.
Pada saat kulit terpapar suhu dingin, maka tubuh cenderung memberi reaksi untuk mencegah kehilangan panas dengan cara mengurangi aliran darah ke permukaan kulit melalui proses yang disebut vasokonstriksi atau pebuluh darah yang menyempit.
Akibatnya, permukaan kulit mengecil dan tampak keriput. Fenomena ini juga menjelaskan mengapa kita terlihat pucat dan menggigil saat kedinginan.
Menurut dokter Aryadi Arsyad, selain membantu mencegah kehilangan panas, keriput di kulit ternyata membantu kita menggenggam benda di dalam air meski ini dianggap sebagai dampak samping yang menguntungkan.
Cara tubuh kita merespon suhu dingin dengan cara menjaga tubuh tetap hangat ternyata berguna untuk menjaga kerusakan jaringan atau kematian akibat kedinginan hebat atau sering disebut dengan hipotermia.
Jika tubuh terus terpapar suhu dingin parah, risiko yang mungkin muncul adalah gangren, kerusakan saraf, dan bahkan kematian.
"Jadi, saat mulai muncul gejala seperti keriput, pucat, dan mengggigil, sebaiknya segera keluar dari air dan mencari tempat yang hangat untuk menghindari dampak lebih lanjut," katanya.
Fenomena ini adalah bukti betapa tubuh kita terus berusaha menjaga kondisi internal tubuh tetap aman dan stabul dalam berbagai situasi lingkungan.(*)
Venny Septiani Semuel (Unhas TV)