
Presiden Donald Trump bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Gedung Putih di Washington, D.C., 28 Februari 2025. Credit: Brian Snyder/Reuters.
Implikasi Politik dan Diplomasi
Insiden ini menunjukkan ketegangan yang terus meningkat dalam hubungan AS-Ukraina. Pemerintahan Biden sebelumnya telah menunjukkan komitmen kuat terhadap Ukraina dengan memberikan bantuan militer dan keuangan yang signifikan.
Namun, kebijakan luar negeri Trump yang lebih transaksional memunculkan kekhawatiran di Eropa bahwa komitmen AS terhadap Ukraina dapat melemah, yang berpotensi menguntungkan Rusia.
Di AS sendiri, pertikaian ini semakin memecah opini publik. Pendukung Trump menganggap sikapnya sebagai tindakan yang berani dan menempatkan kepentingan nasional di atas diplomasi tradisional. Sebaliknya, para kritikus mengecam pendekatan Trump sebagai tindakan yang tidak diplomatis dan berisiko merusak kepercayaan sekutu AS.
Secara keseluruhan, insiden ini menjadi pengingat akan kompleksitas hubungan internasional dan bagaimana perbedaan kepentingan serta strategi politik dapat memengaruhi stabilitas global.
Media dan para analis internasional terus memantau dampak dari peristiwa ini terhadap masa depan diplomasi AS, Ukraina, dan sekutu Baratnya.
Liputan Media Euronews
Euronews, sebuah media pan-Eropa, melaporkan adanya ketegangan diplomatik antara Amerika Serikat dan Ukraina. Ketegangan ini dipicu oleh "perang kata-kata" antara para pemimpin dunia, terutama pernyataan mantan Presiden AS, Donald Trump, yang dianggap meremehkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Laporan ini menyoroti dampak diplomatik dari perselisihan tersebut dan memperingatkan bahwa situasi ini dapat memperburuk hubungan antara kedua negara di tengah konflik yang masih berlangsung.
Berdasarkan laporan Euronews, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melakukan percakapan telepon dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Informasi ini dikonfirmasi oleh seorang sumber yang dekat dengan Zelensky kepada Christopher Miller, koresponden Financial Times.
Namun, isi dari pembicaraan tersebut tidak diungkapkan secara rinci. Istana Elysee membenarkan bahwa percakapan itu memang terjadi, tetapi belum memberikan informasi lebih lanjut mengenai topik yang dibahas.
Selain itu, Zelensky juga dikabarkan melakukan komunikasi dengan Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte. Sumber yang sama mengonfirmasi kepada Financial Times bahwa dalam pembicaraan tersebut, kembali ditegaskan bahwa Rusia adalah pihak agresor dalam konflik yang sedang berlangsung.
Para pemimpin Eropa dengan cepat merespons perkembangan ini. Salah satu yang pertama menyatakan dukungan terhadap Ukraina adalah Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk. Melalui akun media sosial X (sebelumnya Twitter), ia menegaskan dukungannya dengan menulis, "Presiden Zelensky, Ukraina, Anda tidak sendirian."
Laporan BBC
BBC memberikan penjelasan lebih rinci tentang acara tersebut, dengan fokus pada dinamika pribadi antara para pemimpin. Menurut BBC, Trump tampak jelas marah pada penolakan Zelensky untuk bernegosiasi dengan Rusia, menuduhnya mempertaruhkan "Perang Dunia III" dengan memperpanjang perang.
Laporan tersebut juga memuat reaksi dari para pemimpin Eropa; Misalnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan kembali dukungannya terhadap Ukraina dan mengutuk agresi Rusia.
BBC juga mencatat bahwa Perdana Menteri Inggris Keir Starmer telah menelepon Zelensky dan menyatakan solidaritasnya, menyoroti kesenjangan antara pendekatan Eropa dan AS terhadap konflik tersebut.
Laporan AFP
Kantor berita Prancis (AFP) memberikan laporan singkat namun efektif, yang menekankan sifat publik dari konfrontasi tersebut, yang terjadi di hadapan wartawan.
AFP menunjuk pada momen ketika Trump mengatakan kepada Zelensky: "Anda tidak dalam posisi yang baik dan Anda tidak memiliki kartu untuk dimainkan," sebuah frasa yang menyoroti ketidakseimbangan kekuatan antara kedua negara. Kantor berita tersebut juga membahas konsekuensi dari peristiwa tersebut, termasuk pidato video Zelensky berikutnya, di mana ia menekankan persatuan Ukraina dan "pragmatisme Amerika" untuk mengatasi krisis.