Internasional

Masoud Pezeshkian, Dokter Bedah Jantung yang Terpilih Jadi Presiden Baru Iran

IRAN - Presiden terbaru Iran, Masoud Pezeshkian.

MAKASSAR, UNHAS.TV - Tokoh reformis Iran, Masoud Pezeshkian, terpilih sebagai presiden baru Iran setelah pada pemilihan umum dan mengalahkan pesaingnya, Saeed Jalili.

Pada pemilihan putaran kedua itu, Pezeshkian meraih suara terbanyak yakni 16,3 juta suara (53,3% suara) dari lebih 30 juta suara yang telah dihitung. Adapun Jalili meraih 13,5 juta suara (44,3% suara).

Saat putaran pertama dilakukan, tidak satu pun calon meraih suara mayoritas. Partisipasi pemilih juga di bawah 40 persen. Namun saat dilakukan pemilihan putaran kedua, angka partisipasi pemilih meningkat di atas 50 persen.

Pemilihan diadakan setelah Presiden Iran sebelumnya, Ebrahim Raisi, tewas dalam kecelakaan helikopter pada bulan Mei, yang menewaskan tujuh orang lainnya.

Para pemimpin China, India, dan Rusia langsung menyampikan ucapan selamat kepada Pezeshkian atas kemenangannya.

Bahkan sebelum hasil akhir diumumkan oleh Kementerian Dalam Negeri Iran, para pendukung Dr Pezeshkian telah turun ke jalan di Teheran dan sejumlah kota lain untuk merayakannya.

Video yang diposting di media sosial menunjukkan sebagian besar anak muda menari dan mengibarkan bendera hijau khas kampanyenya, sementara mobil yang lewat membunyikan klakson.

Pezeshkian adalah ahli bedah jantung berusia 71 tahun dan anggota parlemen Iran. Ia terkenal karena sering mengkritik kebijakan moralitas Iran yang terkenal buruk dan menimbulkan kehebohan setelah menjanjikan “persatuan dan kohesi”, serta mengakhiri “isolasi” Iran dari dunia.

Dia juga menyerukan untuk melakukan negosiasi ulang dengan negara-negara Barat tentang perjanjian nuklir tahun 2015. Perjanjian itu membuat Iran setuju menghentikan program nuklirnya dengan imbalan pelonggaran sanksi Barat.

Adapun Saeed Jalili mendapat dukungan kuat dari kelompok relijius di Iran. Jalili dikenal karena sikap kerasnya yang anti-Barat dan penolakannya terhadap pemulihan perjanjian nuklir, yang menurutnya melanggar "garis merah" Iran.

Kemenangan Pezeshkian dipengaruhi oleh siatusi politik Amerika Serikat yang kini masih dalam proses pemilihan umum. Rakyat Iran dipengaruhi untuk memilih Pezeshkian karena jika Jalili menjadi pPresiden Iran, hubungan Iran dan AS akan terus memanas.

Terutama jika Donald Trump memenangkan pemiliahn menjadi presiden maka akan lebih banyak ketegangan terjadi. Kaum muda Iran yang terpengaruh dengan kemungkinan itu, akhirnya memilih Pezeshkian dibanding Jalili.(*)

Amir Pallawa Rukka (Unhas TV)