MAKASSAR, UNHAS.TV - Meksiko akhirnya punya presiden baru dari kalangan perempuan setelah Claudia Sheinbaum berhasil meraih suara terbanyak pada pemilihan presiden tahun ini.
Hasil perolehan suara sementara Senin pekan ini, Claudia memperoleh 58 hingga 60 persen, unggul 30 persen dibanding pesaingnya Bertha Xochitl Galvez Ruiz (27,9) dan Jorge Alvarez Maynez (9,1 persen).
Claudia yang pada tahun 2007 meraih Hadiah Nobel bersama Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) ini berjanji akan meneruskan program yang dijalankan oleh Presiden Andrés Manuel López Obrador.
"Saya tidak akan mengecewakan kalian," kata Claudia, mantan Wali Kota Mexico City itu.
Ini akan menjadi sejarah baru bagi rakyat Meksiko karena untuk pertama kalinya memiliki perempuan presiden. Claudian dijadwalkan akan memimpin negara yang berbatasan dengan Amerika Serikat pada 1 Oktober 2024.
Claudia Sheinbaum adalah ilmuwan fisika lingkungan. Neneknya adalah Yahudi Bulgaria yang berimigrasi ke Meksiko untuk menghindari kejaran Nazi.
Kendati keturunan Yahudi, sikap politiknya mendukung kebebasan Palestina. Ini yang membuat dugaan bahwa Amerika Serikat tidak akan hadir di pelantikannya. Namun Claudia tidak ambil pusing.
Claudia mengikuti jejak kedua orangtuanya yang menjadi ilmuwan. Claudia awalnya berfokus pada fisika kemudian meraih gelar doktoralnya di bidang teknik energi.
Ketertarikannya pada politik, mengubah jalan hidupnya. Perkenalan dunia politiknya pun terbilang unik. Berawal dari penunjukan dirinya sebagai pejabat sekretaris lingkungan di Kota Mexico City yang dipimpin Andrés Manuel López Obrador.
Adalah Adres yang kemudian menantang Claudia untuk mencalonkan diri sebagai Wali Kota Mexico dan pada tahun 2018 akhirnya tantangan itu terwujud, Tahun 2023, Claudia berhenti menjadi wali kota demi mencalonkan diri sebagai presiden.(*)
Amir Pallawa Rukka (Unhas TV)