Ekonomi
News

Melalui Sriwijaya Capital, Arsjad Rasjid Perkuat Indonesia Incorporated

UNHAS.TV - Private Equity Fund yang didirikan Arsjad Rasjid langsung tancap gas mendukung inisiatif Indonesia Incorporated melalui percepatan investasi bagi perusahaan Indonesia.

Kehadiran Sriwijaya Capital bukan sekadar menambah daftar pemain baru di sektor ekuitas swasta, melainkan menghadirkan strategi besar: menjadikan Indonesia sebagai jangkar utama investasi di Asia Tenggara.

Bagi Arsjad Rasjid, pendirian Sriwijaya Capital bukan hanya soal mengelola dana, melainkan membangun ekosistem yang mampu menghubungkan potensi domestik dengan jaringan modal internasional.

Indonesia dianggapnya tidak cukup hanya menjadi pasar, tetapi harus menjadi pusat pertumbuhan dan inovasi yang dapat menyalurkan arus investasi ke seluruh kawasan.

Strategi ini lahir dari pemahaman bahwa Asia Tenggara tengah berada pada momentum emas. Pertumbuhan kelas menengah, meningkatnya kebutuhan infrastruktur, transisi energi, hingga digitalisasi membuka ruang investasi yang luas. Di tengah peluang itu, Indonesia berada di posisi strategis sebagai pasar terbesar dan motor utama kawasan.

Dengan pendekatan yang disiplin, Sriwijaya Capital ingin memastikan setiap aliran dana tidak hanya mendorong keuntungan jangka pendek, tetapi juga melahirkan perusahaan-perusahaan Indonesia yang berdaya saing regional.

Visi tersebut sejalan dengan semangat Indonesia Incorporated, di mana kekuatan negara, BUMN, dan swasta bersatu untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional sekaligus meneguhkan peran Indonesia sebagai pusat gravitasi ASEAN.

Kolaborasi untuk Pertumbuhan

Sejak diluncurkan, Sriwijaya Capital langsung menghadirkan kolaborasi strategis. Bersama Danantara Indonesia, perusahaan ini berkomitmen mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui investasi terarah dan berkelanjutan.

“Bersama Danantara, Sriwijaya Capital mendukung inisiatif Indonesia Incorporated untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional,” ungkap Arsjad Rasjid, Kamis (2/10/2025).

Tidak berhenti di situ, BlueFive Capital, private equity terbesar di Timur Tengah dengan aset kelolaan mencapai USD 3 miliar, resmi bermitra dengan Sriwijaya Capital. Kerja sama ini membuka koridor investasi dari Timur Tengah menuju ASEAN, dengan Indonesia sebagai pintu masuk utama.

Dengan tim berpengalaman global, Sriwijaya Capital membuktikan bahwa Indonesia tetap menjadi magnet bagi investor dunia.

Apa Itu Sriwijaya Capital?

Berbasis di Singapura dan Jakarta, Sriwijaya Capital telah menghimpun lebih dari USD 200 juta dalam dana perdana, dengan target hard cap USD 300 juta dalam 6 sampai 12 bulan.

Strateginya berfokus pada perusahaan tahap pertumbuhan (growth-stage companies) di Asia Tenggara, terutama di sektor kesehatan, transisi energi, barang konsumsi, layanan bisnis, dan industri.

Perusahaan ini tidak hanya menyalurkan modal, tetapi juga mengambil pendekatan disiplin: masuk melalui kepemilikan minoritas strategis maupun mayoritas pada perusahaan dengan potensi ekspansi regional.

Sriwijaya juga menargetkan bisnis keluarga yang menghadapi tantangan suksesi atau yang ingin memperkuat tata kelola agar lebih profesional.

Visi Arsjad Rasjid

Sebagai Founder, Arsjad Rasjid menegaskan bahwa Sriwijaya Capital lahir dari semangat Indonesia Incorporated. “Kami membangun Sriwijaya Capital dengan visi jangka panjang untuk mendukung perusahaan-perusahaan yang dapat tumbuh menjadi juara regional,” ujarnya.

Nama Sriwijaya sendiri dipilih sebagai simbol warisan maritim Nusantara, kerajaan yang dahulu menjadi pusat perdagangan internasional. Melalui semangat itu, Arsjad ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi modern yang mampu menghubungkan modal global dengan kebutuhan pembangunan nasional.

“Indonesia Incorporated berarti sinergi antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta. Sriwijaya Capital hadir sebagai jembatan, menghubungkan sumber daya domestik dengan jaringan internasional,” tambahnya.

Menuju Indonesia sebagai Pusat Ekonomi Regional

Sriwijaya Capital tidak hanya mengelola dana investasi, tetapi juga mengusung gagasan besar: menjadikan Indonesia pusat gravitasi ekonomi ASEAN, sekaligus destinasi utama bagi modal internasional.

Bagi Arsjad Rasjid, Indonesia memiliki semua prasyarat untuk memainkan peran itu. Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, demografi muda yang produktif, serta kekayaan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia tidak seharusnya hanya dipandang sebagai pasar konsumsi.

Negara ini layak ditempatkan sebagai pusat regional yang menentukan arah aliran investasi, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi kawasan.

Gagasan besar ini berangkat dari kesadaran bahwa peta geopolitik dan ekonomi dunia sedang bergeser. Asia Tenggara semakin dilirik sebagai episentrum pertumbuhan global, dan Indonesia adalah jangkar utamanya.

Melalui Sriwijaya Capital, Arsjad ingin memastikan modal internasional yang masuk tidak sekadar datang untuk meraup keuntungan jangka pendek, tetapi juga terikat dalam pembangunan jangka panjang, membentuk perusahaan-perusahaan nasional menjadi pemain kelas dunia.

Konsep ini selaras dengan visi Indonesia Incorporated, di mana sinergi pemerintah, BUMN, dan swasta menciptakan kekuatan kolektif yang membuat Indonesia lebih percaya diri di kancah internasional.

Arsjad menempatkan Sriwijaya Capital sebagai penghubung strategis: menyerap kepercayaan investor global, mengarahkan modal pada sektor-sektor prioritas, dan memastikan manfaatnya dirasakan langsung oleh perekonomian nasional.

Dengan pendekatan tersebut, Sriwijaya Capital berupaya melahirkan tidak hanya “perusahaan besar” tetapi juga “juara regional”—entitas bisnis yang mampu menembus pasar Asia Tenggara, menopang ketahanan ekonomi Indonesia, sekaligus memperkuat posisi negara ini sebagai magnet investasi dunia.