Opini
Program
Unhas Speak Up

Membangun Pemahaman Lintas Disiplin di Kampus Unhas



Rektor Unhas Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa, M.Sc


Tantangan berikutnya adalah dosen pada umumnya diarahkan untuk menjadi linier dalam bidangnya sendiri. Dalam konteks inter-disiplin, linearitas ini “membunuh.”

Oleh karena itu, tenaga pendidik harus keluar dengan strateginya sendiri dengan kesadaran sendiri untuk kemudian tampil sebagai orang di luar bidangnya tapi memiliki wawasan interdisiplin. Ini tidak mudah. Walaupun di pasca-sarjana kami telah berusaha untuk membuat prodi-prodi interdisiplin, banyak pengajar yang sudah terlanjur berpiir dalam satu disiplin ilmu.

Kedepanmya, interdisiplin menjadi penting. Kita melihat masalah bersama dari berbagai disiplin ilmu sehingga terbuka ruang untuk penyelesaian masalah. Tapi lebih canggih lagi ke depan. Kita berharap pendekatannya semakin modern apalagi dengan begitu majunya teknologi maka kita mengarah kepada trans-disiplin.

Sebagai pimpinan Unhas, saya merasa bersyukur mendapat kesempatan untuk berekspresi dan memastikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan mengarah kepada interdisiplin. Ini juga diadopsi oleh Unhas melalui berbagai macam program termasuk membuat prodi-prodi baru.

Di pasar sarjana, kita ada prodi Studi Pembangunan. Di sini, kita bisa gabungkan ilmu ekonomi, ilmu pertanian, peternakan, dan lain-lain. Semua ilmu-ilmu kemudian menyatu dan melihat pembangunan dalam perspektif komprehensif. Ada juga Otonomi Daerah, yang bukan hanya melihat sisi hukum, bukan hanya dari sisi administrasi tapi juga tapi juga kepemimpinan daerah dan juga tantangan yang dihadapi oleh daerah dalam konteks mengimplementasikan berbagai macam kebijakan.

Kita juga kembangkan prodi Medical Engineering. Biasanya Fakultas Teknik mengembangkan ilmu teknologi peralatan dan sebagainya, sedangkan Fakultas Kedokteran mengembangkan diagnosa dengan menggunakan teknologi dari luar. Kita gabungkan agar terjadi kolaborasi.

Inovasi baru untuk membuat kita kuat dan mandiri sehingga tidak perlu bergantung pada daerah atau negara lain. Seperti pada zaman covid kemarin. Kalau saja tidak ada gabungan antara dua disiplin ini barangkali akan terasa berat. Kita ingin hadirkan pemahaman tentang pentingnya teknologi di dalam konteks kedokteran, sehingga prodi Medical Engineering.

Ada lagi Prodi yang terkait dengan Hukum Kesehatan, dan banyak lagi.

Berbagai inovasi ini adalah cara kita untuk menjadikan Prodi ini sebagai tempat melakukan exercise demi pengembangan lintas atau interdisiplin. Yang lain adalah untuk kurikulum Merdeka Belajar yang dikembangkan saat ini, telah memberikan ruang kepada mahasiswa untuk kemudian mengambil tema-tema topik di luar bidangnya bahkan di institusi lain. 

Kita ingin memastikan, walaupun seorang belajar pada satu prodi, maka bisa menimba inspirasi di prodi lain, sehingga saat mencari lapangan kerja maka luaran Unhas ini kita harap memiliki pandangan. Perspektif, pemahaman, dan juga pergaulan yang luas. Tidak hanya memahami bidangnya saja, tapi juga yang lain.

Hal yang sudah dilakukan oleh Unhas selama 2 tahun adalah “memaksakan” riset harus dilakukan oleh lintas disiplin. Jadi Fakultas A harus bergabung dengan Fakultas B. Ini tidak mudah memang. Tapi ini adalah cara kami untuk memastikan proses interdisipliner ini dilakukan secara berlembaga bukan hanya secara voluntir. 

Kita lakukan sebagai obligatory. Untuk setiap proyek yang dillakukan Unhas harus melalui mekanisme menggabungkan antara beberapa peneliti untuk kemudian memastikan bahwa ada proses pembelajaran bagi peneliti sehingga bisa berinteraksi dan menggunakan pendekatan yang berbeda dan juga perspektif yang berbeda.

Hal terakhir yang kami lakukan adalah mensosialisasikan dan telah mengembangkan yang disebut dengan riset berbasis tema, riset berbasis isu. Sehingga di dalam menyelesaikan suatu masalah, penelitinya berasal dari beberapa program dan disiplin ilmu. Kolaborasinya boleh dari mana saja, bahkan dengan luar negeri.

Nah inilah upaya kami agar riset memiliki kepekaan untuk sampai pada menyelesaikan masalah secara komprehensif dan termasuk akan dibiayai universitas setiap tahun, sepanjang memenuhi syarat-syarat.

Kita harapkan bisa membuka ruang-ruang kerja sama dengan berbagai pihak, dan berbagai negara. Kami harapkan Unhas menjadi salah satu contoh di Indonesia yang memiliki banyak research group. Kami harapkan di Unhas, ada sekitar 500 tematik, yang insyaallah semua adalah interdisiplin.

Kita mesti keluar dari zona nyaman dengan cara bekerja lintas ilmu. Kita ingin melihat problem, bukan hanya dari satu sisi, tetapi dari banyak sisi. Kita ingin berkolaborasi dengan banyak pihak sehingga memiliki wawasan yang komprehensif dan terintegrasi. 

Kita berharap ini menjadi percepatan universitas dalam mengembangkan misinya. Bukan hanya Tri Darma tapi juga mengarah kepada penta helix, yakni bekerja sama dengan pihak termasuk media. Semoga Ilmu Amal terus Padu Mengabdi, dan Unhas selalu di jalur pengabdian pada Ibu Pertiwi, terus menjadi Karunia Ilahi.

Semoga.


*Penulis adalah Rektor Universitas Hasanuddin, periode 2022-2026. Catatan ini disampaikan saat Tedx Hasanuddin University di Studio Unhas TV, 28 September 2024.