MAKASSAR, UNHAS.TV - Di ruang Prof. Nur Nasry Noor (K-225) lantai dua Gedung Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin, suasana akademik terasa berbeda pagi itu, 6 Oktober 2025.
Puluhan mahasiswa dan dosen tampak memenuhi ruangan, matanya tertuju pada layar presentasi yang menampilkan satu nama besar dari dunia kesehatan global: Prof. dr. Marc Bruijnzeels dari Leiden University Medical Center (LUMC), Belanda.
Kegiatan Guest Lecture bertajuk “Population Health Management: The Solution for The Challenges in Healthcare” ini bukan sekadar agenda akademik rutin, melainkan refleksi mendalam tentang bagaimana dunia pendidikan tinggi di Indonesia, khususnya Unhas, terus bergerak dalam arus globalisasi ilmu pengetahuan.
Menjembatani Dunia Akademik dan Realitas Kesehatan
Dekan FKM Unhas, Prof. Sukri Palutturi, SKM., M.Kes., MSc.PH., Ph.D., membuka acara dengan pesan penuh semangat. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa kegiatan berskala internasional seperti ini merupakan upaya nyata FKM Unhas untuk memperkuat jejaring global dan meningkatkan kapasitas akademik sivitas akademika.
“Kami ingin mahasiswa dan dosen FKM Unhas tidak hanya menjadi pengikut tren, tetapi juga pelaku dalam membangun solusi kesehatan global berbasis pengetahuan dan kolaborasi,” ujar Prof. Sukri.
Kegiatan yang dipandu oleh Ansariadi, SKM., M.Sc.PH., Ph.D. selaku moderator ini berlangsung interaktif. Mahasiswa tampak antusias, mengajukan pertanyaan kritis yang memperlihatkan kesadaran baru tentang kompleksitas sistem kesehatan di era modern.
Tantangan Sistem Kesehatan Global dan Jalan Menuju Solusi
Dalam paparannya, Prof. Marc menggambarkan tantangan besar yang dihadapi sistem kesehatan dunia. Ia menyebut beberapa persoalan utama seperti keterbatasan sumber daya, perubahan pola epidemiologi, sistem organisasi yang masih berjalan dalam silo system, serta kemajuan teknologi yang belum sepenuhnya terintegrasi dengan kebutuhan masyarakat.
Menurutnya, kondisi ini menuntut perubahan paradigma: dari sistem kesehatan yang reaktif menuju sistem yang proaktif dan berbasis masyarakat.
“Sistem kesehatan hanyalah satu bagian kecil dari keseluruhan ekosistem kesehatan,” tegasnya. “Dampaknya terhadap status kesehatan masyarakat hanya sekitar 20%. Sisanya dipengaruhi oleh perilaku kesehatan (30%), lingkungan fisik (10%), dan faktor sosial ekonomi (40%).”
Data tersebut, yang banyak digunakan dalam kajian Population Health Management (PHM) di Eropa, menjadi titik tolak bagi pendekatan baru yang disebut “people-centred, data-driven, dan proactive.”
Dari Volume Menuju Nilai: Transformasi Paradigma
Lebih jauh, Prof. Marc mengajak peserta melihat bagaimana dunia kini tengah bergeser dari volume-driven healthcare menuju value-driven healthcare. Dalam pendekatan ini, ukuran keberhasilan bukan lagi banyaknya pelayanan medis yang diberikan, melainkan kualitas hidup dan hasil kesehatan yang dicapai pasien.
Ia menegaskan bahwa transformasi semacam ini menuntut keberanian dan inovasi dalam berpikir serta bertindak. Dengan nada reflektif, ia menutup presentasinya dengan kalimat yang membekas di benak peserta: “If it did not work 10 times, there is no need for an 11th time — you need a new approach.”
Kalimat ini seolah menjadi pesan moral bagi dunia akademik dan praktisi kesehatan: jangan takut untuk mencoba pendekatan baru, karena perubahan tidak lahir dari pengulangan, melainkan dari keberanian untuk bereksperimen.