Contoh kasus kecelakaan ini bisa saja terjadi di Kampus Tamalanrea yang setiap hari menghimpun sekitar 15 ribu orang. Apalagi sebagian besar dari mereka lalu lalang di jalan-jalan yang ditumbuhi pohon trembesi.
Keselamatan tentu harus jadi prioritas dari kegiatan kampus sehingga potensi ancaman bahaya harus diminimalkan.
Ada banyak jalan untuk meminimalkan hal itu. Salah satunya, mengganti pohon trembesi dengan pohon peneduh sejenis semisal pohon asam jawa (tamarindus indica).
Pohon asam jawa sudah lama dikenal sebagai pohon peneduh di Indonesia. Mengutip artikel Jurnal Universitas Trunojoyo, pohon ini bahkan ditaman di sepanjang bahu-bahu jalan sejak zaman kolonialisme .
Sejumlah catatan resmi membuktikan bahwa Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels pernah memerintahkan penanaman pohon asam sebagai pohon peneduh dari Anyer (Provinsi Banten) hingga Panarukan (Jawa Timur) sejarak 1.100 kilometer.
Selain sebagai pohon peneduh, pohon asam jawa dipilih karena memiliki banyak keunggulan. Pohon ini memiliki batang yang kuat dan akarnya tajam menghujam ke bawah sehingga tangguh di berbagai kondisi cuaca.
Daunnya kecil tidak mudah rontok sehingga mengurangi sampah di jalan. Kanopinya rimbun dan mampu menghalangi cahaya matahari terhadap obyek yang berada di bawah daun sehingga menimbulkan dampak teduh dan sejuk.
Keunggulan lainnya, pohon ini memiliki manfaat ekonomis yang besar. Buanya bisa dijadikan bumbu dapur dan bahan obat. Kayunya dapat diolah menjadi bahan struktur ringan dan furniture.
Sebagai bahan obat, buah asam jawa dapat dipakai mengobati batuk, bisul, rematik, gangguan pencernaan, rambut rontok, dan sariawan.
Pohon asam dapat jadi pengganti sebagai pohon peneduh di Kampus Tamalanrea. Adapun pohon trembesi sebaliknya dialihkan ke lahan-lahan yang tidak dilalui penghuni kampus.(*)